Proses Kembali ke Negara Kesatuan RI (NKRI)
Dengan melalui perjuangan bersenjata dan diplomasi akhirnya Bangsa Indonesia memperoleh pengakuan kedaulatan dari Belanda. Penandatanganan pengakuan kedaulatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 1949. Dengan diakuinya kedaulatan Indonesia ini maka bentuk negara Indonesia adalah menjadi negara serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). Sedangkan Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang digunakan adalah Undang-Undang Dasar RIS.
Salah satu hasil Konferensi Meja Bundar adalah Bangsa Indonesia menjadi negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Selanjutnya setelah KMB kemudian dilaksanakan pengakuan kedaulatan dari Belanda kepada RIS pada tanggal 27 Desember 1949. Berdasarkan UUD RIS bentuk negara kita federal, yang terdiri dari tujuh negara bagian dan sembilan daerah otonom. Adapun tujuh bagian negara RIS tersebut adalah:
(1) Sumatera Timur
(2) Sumatera Selatan
(3) Pasundan
(4) Jawa Timur
(5) Madura
(6) Negara Indonesia Timur
(7) Republik Indonesia (RI)
Sedangkan kesembilan daerah otonom itu adalah:
(1) Riau
(2) Bangka
(3) Belitung
(4) Kalimantan Barat
(5) Dayak Besar
(6) Banjar
(7) Kalimantan Tenggara
(8) Kalimantan Timur
(9) Jawa Tengah
index
Negara-negara bagian di atas serta daerah-daerah otonom merupakan negara boneka (tidak dapat bergerak sendiri) adalah ciptaan Belanda. Negara-negara boneka ini dimaksudkan akan dikendalikan Belanda yang bertujuan untuk mengalahkan RI yang juga ikut dalamnya. Bentuk negara Federalis bukanlah bentuk negara yang dicita-citakan oleh oleh Bangsa Indonesia sebab tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, setelah RIS berusia kira-kira enam bulan, suara-suara yang menghendaki agar kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia semakin menguat. Sebab jiwa proklamasi 17 Agustus 1945 menghendaki adanya persatuan seluruh Bangsa Indonesia. Hal inilah yang menjadi alasan Bangsa Indonesia untuk kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedudukan golongan mereka yang setuju dengan bentuk negara serikat (golongan federalis) semakin terlihat kejahatannya ketika Sultan Hamid dari Kalimantan Barat yang menjabat sebagai Menteri Negara bersekongkol dengan Westerling. Raymond Westerling melakukan aksi pembantaian terhadap ribuan rakyat Sulawesi Selatan yang tidak berdosa dengan menggunakan APRAnya. Petualangan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) di Bandung pada Bulan Januari 1950 menjadikan rakyat semakin tidak puas terhadap kondisi pemerintahan RIS. Oleh karena itu Rakyat Bandung menuntut dibubarkannya pemerintahan negara Pasundan untuk menggabungkan diri dengan RI. Pada bulan Februari 1950 pemerintah RIS mengeluarkan undang-undang darurat yang isinya pemerintah Pasundan menyerahkan kekuasaannya pada Komisaris Negara (RIS), Sewaka.
Gerakan yang dilakukan di Pasundan ini kemudian diikuti oleh Sumatera Selatan dan negara-negara bagian lain. Negara-negara bagian lain yang menyusul itu cenderung untuk bergabung dengan RI. Pada akhir Maret 1950 tinggal 4 negara bagian saja dalam RIS, yakni Kalimantan Barat, Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, dan RI setelah diperluas. Selanjutnya pada tanggal 21 April 1950 Presiden Sukawati dari NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia bergabung dengan RI menjadi negara Kesatuan.
Melihat dukungan untuk kembali ke NKRI semakin luas, maka diselenggarakanlah pertemuan antara Muhammad Hatta dari RIS, Sukawati dari Negara Indonesia Timur dan Mansur dari Negara Sumatera Timur. Akhirnya pada tanggal
19 Mei 1950 diadakanlah konferensi antara waki-wakil RIS yang juga mewakili NIT dan Sumatera Timur di Jakarta. Dalam konferensi ini, dicapai kesepakatan untuk kembali ke negara kesatuan RI. Kesepakatan ini sering disebut dengan Piagam Persetujuan (1) Kesediaan bersama untuk membentuk negara Kesatuan sebagai penjelmaan dari negara RIS yang berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945.
(2) Penyempurnaan Konstitusi RIS, dengan memasukkan bagian-bagian penting dari UUD RI tahun 1945.
Minggu, 24 Juni 2018
isi persetujuan hasil konferensi 19 mei 1950
1) kesediaan bersama untuk membentuk negara kesatuan sebagai penjelmaan dari negara RIS yang berdasarjan proklamasi 17 Agustus 1945.
2) Penyempurnaan konstitusi RIS ,dengan memasukkan bagian bagian penting dari UUD RI tahun 1945
2) Penyempurnaan konstitusi RIS ,dengan memasukkan bagian bagian penting dari UUD RI tahun 1945
proses penyerahan dan pengakuan kedaulatan
Proses terjadinya pengakuan kedaulatan yang dilakukan Belanda adalah melalui konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun 1949.
Belanda tidak mengakui bahwa tanggal 17 Agustus 1945 adalah proklamasi kemerdekaan Indonesia karena tidak ingin ada tuntutan pertanggungajawaban atas agresi militer antara tahun 1945 dan 1949 dan karena adanya tekanan politis dari veteran tentara Belanda.
Jawaban panjang:
Sebelum tahun 2005, pemerintah Belanda tidak menganggap bahwa 17 Agustus 1945 adalah hari kemerdekaan Indonesia.
Namun Belanda menganggap bahwa hari kemerdekaan Indonesia adalah pada 27 Desember 1949, hari dimana konferensi Meja Bundar di Den Haag disepakati dan hari dimana Belanda resmi mengakui kedaulatan Indonesia.
Ada beberapa alasan mengapa Belanda tidak mengakui hari proklamasi sebagai hari resmi awal kemerdekaan Indonesia.
Pertama adalah Belanda tidak ingin ada tuntutan permintaan maaf dan pertanggung jawaban atas invasi militer di Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan.
Kedua adalah karena tuntutan politik dari unsur masyarakat Belanda yang belum menerima lepasnya Indonesia.
Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaanya pada 17 Agustus 1945, pemerintah Belanda mengacuhkan proklamasi ini dan mengirim pasukan ke Indonesia untuk memilihkan kekuasaan kolonial Belanda. Tentara Belanda melancarkan dua agresi militer yang menewaskan banyak korban dari rakyat Indonesia.
Bila Belanda mengakui bahwa 17 Agustus 1945, mereka takut akan dituntut di Mahkamah Internasional atas tindakan militer ini karena berupa serangan ke negara berdaulat. Dengan mengakui Indonesia merdeka hanya pada tahun 1949, Belanda bisa melakukan pembenaran bahwa keguatan mereka adalah "aksi polisi" untuk memulihkan keamanan di wilayahnya sendiri.
Selain itu para veteran tentara Belanda dan tentara KNIL merupakan faktor politis mengapa Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia sejak 1945. Saat agresi militer Belanda mengerahkan sekitar 120 ribu tentara Belanda dan 40 ribu tentara KNIL. Setelah Indonesia lepas, para veteran ini membentuk kekuatan politis di Belanda yang menekan pemerintah Belanda untuk tidak mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, karena mereka masih tidak terima atas kekalahan yang dialami.
Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/96081#readmore
Belanda tidak mengakui bahwa tanggal 17 Agustus 1945 adalah proklamasi kemerdekaan Indonesia karena tidak ingin ada tuntutan pertanggungajawaban atas agresi militer antara tahun 1945 dan 1949 dan karena adanya tekanan politis dari veteran tentara Belanda.
Jawaban panjang:
Sebelum tahun 2005, pemerintah Belanda tidak menganggap bahwa 17 Agustus 1945 adalah hari kemerdekaan Indonesia.
Namun Belanda menganggap bahwa hari kemerdekaan Indonesia adalah pada 27 Desember 1949, hari dimana konferensi Meja Bundar di Den Haag disepakati dan hari dimana Belanda resmi mengakui kedaulatan Indonesia.
Ada beberapa alasan mengapa Belanda tidak mengakui hari proklamasi sebagai hari resmi awal kemerdekaan Indonesia.
Pertama adalah Belanda tidak ingin ada tuntutan permintaan maaf dan pertanggung jawaban atas invasi militer di Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan.
Kedua adalah karena tuntutan politik dari unsur masyarakat Belanda yang belum menerima lepasnya Indonesia.
Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaanya pada 17 Agustus 1945, pemerintah Belanda mengacuhkan proklamasi ini dan mengirim pasukan ke Indonesia untuk memilihkan kekuasaan kolonial Belanda. Tentara Belanda melancarkan dua agresi militer yang menewaskan banyak korban dari rakyat Indonesia.
Bila Belanda mengakui bahwa 17 Agustus 1945, mereka takut akan dituntut di Mahkamah Internasional atas tindakan militer ini karena berupa serangan ke negara berdaulat. Dengan mengakui Indonesia merdeka hanya pada tahun 1949, Belanda bisa melakukan pembenaran bahwa keguatan mereka adalah "aksi polisi" untuk memulihkan keamanan di wilayahnya sendiri.
Selain itu para veteran tentara Belanda dan tentara KNIL merupakan faktor politis mengapa Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia sejak 1945. Saat agresi militer Belanda mengerahkan sekitar 120 ribu tentara Belanda dan 40 ribu tentara KNIL. Setelah Indonesia lepas, para veteran ini membentuk kekuatan politis di Belanda yang menekan pemerintah Belanda untuk tidak mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, karena mereka masih tidak terima atas kekalahan yang dialami.
Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/96081#readmore
proses pembentukan RIS
Sejak ditetapkan, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sebab bangsa indonesia masih terus berjuang membela dan mempertahankan kemerdekaan yang akan dirampasa kembali oleh belanda.
Belanda berusaha terus untuk menghancurkan NKRI dengan cara melancarkan agresi militer I (1949) dan agresi militer II (1948). Adanya agresi militer belanda ini membuat indonesia dan belanda mengadakan perundingan linggar jati (10-15 september 1946) dan perundingan renville (17 januari 1948).
Perjuangan bangsa indonesia tidak akan pernah mati demi mempertahankan kemerdekaan. Indonesia terus menekan dan melancarkan serangan 1 maret 1948 terhadap belanda. Akibatnya, indonesia dan belanda harus melakukan perundingan lagi yang disebut konferensi meja bundar (KMB) di den haag, belanda.
Belanda berusaha terus untuk menghancurkan NKRI dengan cara melancarkan agresi militer I (1949) dan agresi militer II (1948). Adanya agresi militer belanda ini membuat indonesia dan belanda mengadakan perundingan linggar jati (10-15 september 1946) dan perundingan renville (17 januari 1948).
Perjuangan bangsa indonesia tidak akan pernah mati demi mempertahankan kemerdekaan. Indonesia terus menekan dan melancarkan serangan 1 maret 1948 terhadap belanda. Akibatnya, indonesia dan belanda harus melakukan perundingan lagi yang disebut konferensi meja bundar (KMB) di den haag, belanda.
2 masalah yang sulit dipecahkan dalam KMB
Dua masalah pokok yang sulit dipecahkan dalam KMB menyangkut masalah berikut:
1. Masalah Uni Indonesia Belanda Indonesia menginginkan uni yang sifatnya hanya kerja sama bebas, sedangkan Belanda menghendaki uni yang bersifat permanen.
2. Soal utang Hindia Belanda Indonesia mengakui utang Hindia Belanda sampai menyerahnya Belanda kepada Jepang, sedangkan Belanda menghendaki Indonesia mengambil alih semua utang Hindia Belanda sampai saat berlangsungnya konferensi.
1. Masalah Uni Indonesia Belanda Indonesia menginginkan uni yang sifatnya hanya kerja sama bebas, sedangkan Belanda menghendaki uni yang bersifat permanen.
2. Soal utang Hindia Belanda Indonesia mengakui utang Hindia Belanda sampai menyerahnya Belanda kepada Jepang, sedangkan Belanda menghendaki Indonesia mengambil alih semua utang Hindia Belanda sampai saat berlangsungnya konferensi.
tujuan diadakannya KMB
Tujuan Diadakan Konferensi Meja Bundar
Walaupun Konferensi Meja Bundar dianggap sebagai konferensi yang akan menjembatani tujuan dari perjanjian – perjanjian sebelumnya yang belum tercapai, secara khusus tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar ini adalah antara lain:
1,Meredam Segala Bentuk Kekerasan yang Dilakukan Belanda
Konferensi Meja Bundar digunakan sebagai media perundingan antara Indonesia dengan Belanda yang akan menghentikan segala bentuk kekerasan Belanda terhadap Indonesia. seperti yang kita tahu, serangan – serangan yang dilakukan oleh Belanda memang bisa diatasi oleh pasukan Indonesia dan berakhir pada kekalahan Belanda.
Akan tetapi, di situ tetaplah ada kerugian yang terjadi sebagai dampak agresi militer. Kerugian tersebut khususnya berada pada pihak Indonesia baik secara moral atau material. Seperti yang kita tahu pada masa – masa tersebut, Indonesia baru saja memproklamirkan kemerdekaannya. Indonesia belum punya paratur negara yang kokoh sebagaimana negara berdaulat lainnya. Akan tetapi Indonesia selalu digempur dengan serangan-serangan sebagai usaha mengekang kemerdekaan Indonesia.
2,Usaha Memperolah Kedaulatan
Salah satu Tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar lainnya adalah merupakan usaha Indonesia untuk memperoleh kedaulatan, terutama dari Belanda. Walaupun Indonesia telah merdeka, tapi kedaulatan yang belum diakui oleh Belanda membuat Indonesia masih diduduki oleh belanda, dan Belanda amsih bebas mengeksploitasi sumber daya Indonesia. hal ini seharusnya tidak bisa terjadi pada negara merdeka yang berdaulat.
Oleh karena itu, tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar bagi Indonesia adalah sangat penting bagi masa depan dan kelanjutan nasib bangsa Indonesia. hal ini karena Konferensi Meja Bundar akan membuktikan kedaulatan penuh Indonesia di mata dunia pada umumnya, dan kepada Belanda pada khususnya. Meskipun pada waktu itu Indonesia masih belum bisa memiliki Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia. akan tetapi, dalam perjanjian tersebut dinyatakan Irian Barat akan diserahkan dalam jangka waktu paling lambat satu tahun setelah penyerahan kedaulatan.
3,Menyelesaikan Sengketa Antara Indonesia dan Belanda
Belanda telah berada di Indonesia selama kurang lebih 350 tahun. Dalam jangka waktu tersebut, telah banyak sekali keterkaitan antara Belanda dan Indonesia. oleh karena itu, tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar ini adalah untuk benar – benar melepaskan Indonesia dari keterkaitannya dengan Belanda baik itu dalam struktur, infrastruktur, serta sistem yang ada di Indonesia. Indonesia juga harus menyelesaikan hutangnya pada Belanda yang dihitung sejak tahun 1942. Seperti yang kita tahu, sejak tahun 1942 Belanda menyerahkan Indonesia atau yang waktu itu disebut Hindia Belanda kepada Jepang.
Secara garis besar, itulah ketiga tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar antara Indonesia dan Belanda yang disponsori oleh PBB. Dalam pertemuan tersebut, ada perwakilan – perwakilan yang dikirim untuk mengikuti seluruh jalannya konferensi hingga mencapai kesepakatan sesuai dengan tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar. Adapun perwakilan – perwakilan dari Indonesia yang menghadiri pertemuan tersebut adalah:
Hatta (Ketua)
Roem
Soepomo
J. Leitnena
Ali Sastroamidjojo
Djuanda
Sukiman
Suyono Hadinoto
Sumitro Djojohadikusumo
Abdul Karim Pringgodigdo
T.B Simatupang
Muwardi
Walaupun Konferensi Meja Bundar dianggap sebagai konferensi yang akan menjembatani tujuan dari perjanjian – perjanjian sebelumnya yang belum tercapai, secara khusus tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar ini adalah antara lain:
1,Meredam Segala Bentuk Kekerasan yang Dilakukan Belanda
Konferensi Meja Bundar digunakan sebagai media perundingan antara Indonesia dengan Belanda yang akan menghentikan segala bentuk kekerasan Belanda terhadap Indonesia. seperti yang kita tahu, serangan – serangan yang dilakukan oleh Belanda memang bisa diatasi oleh pasukan Indonesia dan berakhir pada kekalahan Belanda.
Akan tetapi, di situ tetaplah ada kerugian yang terjadi sebagai dampak agresi militer. Kerugian tersebut khususnya berada pada pihak Indonesia baik secara moral atau material. Seperti yang kita tahu pada masa – masa tersebut, Indonesia baru saja memproklamirkan kemerdekaannya. Indonesia belum punya paratur negara yang kokoh sebagaimana negara berdaulat lainnya. Akan tetapi Indonesia selalu digempur dengan serangan-serangan sebagai usaha mengekang kemerdekaan Indonesia.
2,Usaha Memperolah Kedaulatan
Salah satu Tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar lainnya adalah merupakan usaha Indonesia untuk memperoleh kedaulatan, terutama dari Belanda. Walaupun Indonesia telah merdeka, tapi kedaulatan yang belum diakui oleh Belanda membuat Indonesia masih diduduki oleh belanda, dan Belanda amsih bebas mengeksploitasi sumber daya Indonesia. hal ini seharusnya tidak bisa terjadi pada negara merdeka yang berdaulat.
Oleh karena itu, tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar bagi Indonesia adalah sangat penting bagi masa depan dan kelanjutan nasib bangsa Indonesia. hal ini karena Konferensi Meja Bundar akan membuktikan kedaulatan penuh Indonesia di mata dunia pada umumnya, dan kepada Belanda pada khususnya. Meskipun pada waktu itu Indonesia masih belum bisa memiliki Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia. akan tetapi, dalam perjanjian tersebut dinyatakan Irian Barat akan diserahkan dalam jangka waktu paling lambat satu tahun setelah penyerahan kedaulatan.
3,Menyelesaikan Sengketa Antara Indonesia dan Belanda
Belanda telah berada di Indonesia selama kurang lebih 350 tahun. Dalam jangka waktu tersebut, telah banyak sekali keterkaitan antara Belanda dan Indonesia. oleh karena itu, tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar ini adalah untuk benar – benar melepaskan Indonesia dari keterkaitannya dengan Belanda baik itu dalam struktur, infrastruktur, serta sistem yang ada di Indonesia. Indonesia juga harus menyelesaikan hutangnya pada Belanda yang dihitung sejak tahun 1942. Seperti yang kita tahu, sejak tahun 1942 Belanda menyerahkan Indonesia atau yang waktu itu disebut Hindia Belanda kepada Jepang.
Secara garis besar, itulah ketiga tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar antara Indonesia dan Belanda yang disponsori oleh PBB. Dalam pertemuan tersebut, ada perwakilan – perwakilan yang dikirim untuk mengikuti seluruh jalannya konferensi hingga mencapai kesepakatan sesuai dengan tujuan diadakan Konferensi Meja Bundar. Adapun perwakilan – perwakilan dari Indonesia yang menghadiri pertemuan tersebut adalah:
Hatta (Ketua)
Roem
Soepomo
J. Leitnena
Ali Sastroamidjojo
Djuanda
Sukiman
Suyono Hadinoto
Sumitro Djojohadikusumo
Abdul Karim Pringgodigdo
T.B Simatupang
Muwardi
proses pelaksanaan KMB
Pelaksanna KMB(konferensi meja bundar) berlangsung di Den Hag Belanda tanggal 23 Agustus-2 september.
delegasi yang hadir:
1. RI dipimpim oleh Drs. Moh. Hatta
2. BFO dibawah pimpinan Sultan Hamid II
3. Belanda di bawah pimpinan Mr. Van Maarseven
4. Wkil UNCI adalah Chirtcley
Hasil perundingan:
1. indonesia menjadi negara RIS
2. RIS dan belanda merupakan uni indonesia-belanda yang di kepalai ratu belanda
3. penyerahan kedaulatan oleh belanda kepada RIS paling lambat pada akhir tahun 1949
4. semua hutang bekas Hindia Belanda di pikul RIS
5. TNI menjadi tentara RIS
6. kedudukan irian barat akan di bahas satu tahun setelah pengakuan kedaulatan
delegasi yang hadir:
1. RI dipimpim oleh Drs. Moh. Hatta
2. BFO dibawah pimpinan Sultan Hamid II
3. Belanda di bawah pimpinan Mr. Van Maarseven
4. Wkil UNCI adalah Chirtcley
Hasil perundingan:
1. indonesia menjadi negara RIS
2. RIS dan belanda merupakan uni indonesia-belanda yang di kepalai ratu belanda
3. penyerahan kedaulatan oleh belanda kepada RIS paling lambat pada akhir tahun 1949
4. semua hutang bekas Hindia Belanda di pikul RIS
5. TNI menjadi tentara RIS
6. kedudukan irian barat akan di bahas satu tahun setelah pengakuan kedaulatan
proses pelaksanaan konferensi inter indonesia
konferensi inter-indonesia adalah sebuah perundingan yang terjadi antara pihak indonesia dengan negara-negara boneka belanda. Konferensi Inter Indonesia ini berlangsung di Yogyakarta pada diadakan 2 priode yang perama 19 - 22 Juli 1949 dan yang kedua 30 Juli - 2 Agustus 1949. masalah yang di bahas dalam konverensi ini adalah pembentukan RIS ( Republik Indonesia Srikat ).
konverensi pertma pada tanggal 19 - 22 Juli 1949, menghasilkan
1.) pembentukan republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme (serikat).
2.) RIS dikepalai seorang presiden dengan mentri-mentri yg membantunya
3.) pembentukan angkatan perang RIS
konverensi kedua pada tanggal 30 Juli - 2 Agustus 1949, menghasilkan
1. Bendera RIS adalah Sang Merah Putih
2. Lagu kebangsaan Indonesia Raya
3. Bahasa resmi RIS adalah Bahsa Indonesia
4. Presiden RIS dipilih wakil RI dan BFO
konverensi pertma pada tanggal 19 - 22 Juli 1949, menghasilkan
1.) pembentukan republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme (serikat).
2.) RIS dikepalai seorang presiden dengan mentri-mentri yg membantunya
3.) pembentukan angkatan perang RIS
konverensi kedua pada tanggal 30 Juli - 2 Agustus 1949, menghasilkan
1. Bendera RIS adalah Sang Merah Putih
2. Lagu kebangsaan Indonesia Raya
3. Bahasa resmi RIS adalah Bahsa Indonesia
4. Presiden RIS dipilih wakil RI dan BFO
akibat perundingan roem royen
Perjanjian Roem-Royen adalah sebuah perjanjian yang dilakukan antara pihak pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Mohammad Roem dan pihak pemerintah Belanda yang diwakili oleh Herman van Roijen. Perjanjian ini berlangsung di Hotel Indes, Jakarta pada tanggal 7 Mei 1949.
Sebenarnya sebelum mencapai kesepakatan pada perjanjian Roem-Royen,
telah diadakan pertemuan yang merupakan inisiatif dari komisi PBB untuk
Indonesia sehingga pada tanggal 4 April 1949 dilaksanakan perundingan
di Jakarta di bawah pimpinan Merle Cochran, anggota komisi PBB dari Amerika serikat, sementara delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Mohammad Roem.
Maksud diadakannya pertemuan atau perjanjian Roem-Royen sendiri adalah untuk menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum pelaksanaan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda pada tahun yang sama.
Perjanjian ini berlangsung dengan sangat alot sehingga memerlukan kehadiran Bung Hatta dari pengasingan di Bangka, juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX
dari Yogyakarta untuk mempertegas sikapnya terhadap Pemerintahan
Republik Indonesia di Yogyakarta, dimana beliau mengatakan bahwa “Jogjakarta is de Republiek Indonesie” (Yogyakarta adalah Republik Indonesia).
Dalam perjanjian Roem-Royen,
pihak Republik Indonesia tetap berpendirian bahwa pengembalian
pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta merupakan kunci pembuka
untuk perundingan selanjutnya. Sebaliknya, pihak Belanda menuntut
penghentian perang gerilya oleh Republik Indonesia.
isi persetujuan roem royen 7 mei 1949
Isi dan Hasil Perundingan Roem-Roijen atau Roem-Royen merupakan sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Perundingan antara Indonesia dan Belanda diawasi oleh komisi PBB untuk Indonesia atau United Nations Commision for Indonesia (UNCI). Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan Herman van Roijen. Maksud pertemuan ini adalah untuk menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun yang sama. Serangan tentara Belanda ke Yogyakarta dan penahanan kembali para pemimpin Republik Indonesia yang mendapatkan kecamanan dari dunia Internasional. Semenatara itu, selama Agresi Militer II Belanda melancarkan propaganda bahwa TNI sudah hancur. Propaganda itu dapat dibuyarkan oleh serangan secara terorganisasi ke Ibukota Yogykarta. Belanda terus-menerus mendapat tekanan dari dunia internasional, terutama Amerika Serikat, sehingga bersedia berunding dengan Indonesia. Perundingan akan diselenggarakan di Den Haag, Belanda yang disebut Konferensi Meja Bundar (KMB). Sebelum KMB, diadakan perundingan pendahuluan di Jakarta yang diselenggarakan pada tanggal 17 April sampai dengan 7 Mei 1948. Perundingan yang dipimpin oleh Marle Cochran wakil Amerika serikat dalam UNCI. Delegasi Indonesia yang diketuai oleh Moh. Roem dengan anggotanya Ali Sastro Amijoyo, Dr. Leimena, Ir. Juanda, Prof. Supomo, dan Latuharhary. Yang bertindak sebagai penasihat adalah Sutan Syahrir, Ir. Laok, dan Moh Natsir. Sedangkan Delegasi Belanda diketuai oleh Dr. J.H. Van Royen dengan anggota Bloom, Jacob, dr. Van, dr Vede, Dr. P.J Koets, Van Hoogstratendan, dan Dr Gieben. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai Roem Royen Statement. Sebelum Perjanjian. Terjadinya Agresi Militer Belanda II menimbulkan reaksi yang cukup keras dari Amerika Serikat dan Inggris, bahkan PBB. Sebagai reaksi dari Agresi Militer Belanda, PBB memperluas kewenangan KTN. Komisi Tiga Negara diubah menjadi UNCI. UNCI (United Nations Commission for Indonesia). UNCI dipimpin oleh Merle Cochran (Amerika Serikat) dibantu Critchley (Australia) dan Harremans (Belgia). Hasil kerja UNCI di antaranya mengadakan Perjanjian Roem-Royen antara Indonesia Belanda.
Dewan Keamanan PBB pada tanggal 23 Maret 1949 memerintahkan UNCI untuk pelaksanaan membantu perundingan antara Republik Indonesia dan Belanda. Dalam pelaksanaan tugas tersebut akhirnya berhasil membawa Indonesia dan Belanda ke meja perundingan, delagasi Indonesia diketuai Mr Moh Roem sedangkan Belanda oleh Br Van Royen.Pada tanggal 17 April 1949 dimulailah perundingan pendahuluan di Jakarta yang diketuai oleh Merle Cochran, wakil Amerika Serikat dalam UNCI. Dalam perundingan selanjutnya Indonesia diperkuat Drs Moh Hatta dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.Setelah melalui perundingan yang berlarut-larut akhirnya di-tandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan Herman van Roijen. Maksud pertemuan ini adalah untuk menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun yang sama. Perjanjian ini sangat alot sehingga memerlukan kehadiran Bung Hatta dari pengasingan di Bangka, juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta untuk mempertegas sikap Sri Sultan HB IX terhadap Pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta, dimana Sultan Hamengku Buwono IX mengatakan “Jogjakarta is de Republiek Indonesie” (Yogyakarta adalah Republik Indonesia).
Isi perjanjian
Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan Pemerintah RI untuk :
Mengeluarkan perintah kepada pengikut Republik yang bersenjata untuk menghentikan perang gerilya;
Bekerjasama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan;
Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag dengan maksud untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang sunguh dan lengkap kepada negara Indonesia Serikat dengan tidak bersyarat.
Pernyataan Belanda pada pokoknya berisi:
Menyetujui kembalinya pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta;
Membebaskan semua tahanan politik dan menjamin penghentian gerakan militer
Tidak akan mendirikan negara-negara yang ada di daerah Republik dan dikuasainya dan tidak akan meluaskan daerah dengan merugikan Republik;
Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari negara Indonesia Serikat;
Berusaha dengan sungguh-sungguh supaya KMB segera diadakan setelah pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta.
Pada 6 Juli, Sukarno dan Hatta kembali dari pengasingan ke Yogyakarta, ibukota sementara Republik Indonesia. Pada 13 Juli, kabinet Hatta mengesahkan perjanjian Roem-van Roijen dan Sjafruddin Prawiranegara yang menjabat presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia(PDRI) dari tanggal 22 Desember 1948 menyerahkan kembali mandatnya kepada Soekarno dan secara resmi mengakhiri keberadaan PDRI pada tanggal 13 Juli 1949.
Hasil perundingan Roem-Royen ini mendapat reaksi keras dari berbagai pihak di Indonesia, terutama dari pihak TNI dan PDRI, ialah sebagai berikut:Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia Jenderal Sudirman pada tanggal 1 Mei 1949 mengeluarkan amanat yang ditujukan kepada komandan-komandan kesatuan memperingatkan agar mereka tidak turut memikirkan perundingan, karena akibatnya hanya akan merugikan pertahanan dan perjuangan. Amanat Panglima Besar Sudirman itu kemudian disusul dengan maklumat-maklumat Markas Besar Komando Djawa (MBKD) yang menyerukan agar tetap waspada, walaupun ada perundingan-perundingan yang menghasilkan persetujuan. Perkiraan TNI terhadap kemungkinan serangan dari pihak Belanda tidak meleset. Pasukan-pasukan Belanda yang ditarik dari Yogyakarta dipindahkan ke Surakarta. Dengan bertambahnya kekuatan Belanda di Surakarta dan akibatnya Letnan Kolonel Slamet Riyadi yang memimpin TNI di Surakarta memerintahkan penyerangan-penyerangan terhadap obyek-obyek vital di Solo. Di tempat lain pun perlawanan gerilya tetap berjalan, tanpa terpengaruh oleh perunding
Hasil perundingan Roem Roijen
Perjanjian Roem Royen adalah sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949, kemudian dibacakan kesanggupan kedua belah pihak untuk melaksanakan resolusi dewan keamanan PBB tertanggal 28 januari 1949 dan persetujuannya tanggal 23 Maret 1949. Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan J. H. van Roijen.
Pernyataan Republik Indonesia yang dibacakan oleh Mr. Roem: Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas Gerilya, Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar, Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta, dan Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan semua tawanan perang.
Pernyataan delegasi Belanda dibacakan oleh Dr. H.J. Van Royen : Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah Republik Indonesia harus bebas dan leluasa melakukan kewajiban dalam satu daerah yang meliputi Karesidenan Yogyakarta, Pemerintah Belanda membebaskan secara tak bersyarat pemimpin-pemimpin republic Indonesia dan tahanan politik yang ditawan sejak tanggal 19 Desember 1948, dan Pemerintah Belanda setuju bahwa Republik Indonesia akan menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat. Konferensi Meja Bundar (KMB) akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta.
Pada tanggal 22 Juni 1949 diselenggarakan perundingan segitiga antara Republik Indonesia, BFO dan Belanda. Perundingan itu diawasi PBB yang dipimpin oleh Chritchley, diadakan dan menghasilkan keputusan:
Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat sesuai perjanjian Renville pada 1948,
Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar sukarela dan persamaan hak, dan
Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada Indonesia.
peranan serangan umum 1 maret 1949 untuk menunjukkan eksistensi PNI
Serangan umum 1 maret merupakan serangan yang dilakukan oleh jajaran tinggi militer Divisi III/GM III untuk merebut kembali kota Yogyakarta sekaligus membuktikan bahwa TNI dan Republik Indonesia masih kuat, sehingga diharapkan akan semakin memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang berlangsung di PPB. Tujuan utama serangan tersebut adalah untuk meruntuhkan moral pasukan Belanda serta membuktikan kepada internasional bahwa TNI memiliki kekuatan yang cukup besar untuk melakukan perlawanan.
serangan umum 1 Maret 1949
Jalannya Serangan Umum 1 Maret
Tepatnya pada tanggal 1 Maret 1949 di pagi hari, dimulailah serangan besar-besaran dengan fokus utama adalah ibu kota Indonesia saat itu yaitu Yogyakarta. Selain itu serangan juga dilakukan dibeberapa kota lain seperti Solo, dan Magelang dengan tujuan untuk menghambat bantuan tentara Belanda. Pusat komando saat itu ditempatkan di Desa Muto. Tepat pada pukul 6 pagi, sirine dibunyikan dan serang dilakukan ke seluruh penjuru kota. Serangan tersebut dibagi menjadi 5 sektor yaitu:
Kota dipimpin oleh Letnan Marsudi.
Barat dipimpin oleh Letkol Ventje Sumual
Utara dipimpin oleh Mayor Kusno
Selatan dipimpin oleh Mayor Sarjono
Timur dipimpin oleh Mayor Sarjono
Kerugian Di Kedua Belah Pihak Serangan Umum 1 Maret
Pihak Belanda 6 orang tewas dan 14 orang luka-luka, sementara di pihak Indonesia tercatat 300 prajurit gugur, 53 polisi gugur, dan jumlah rakyat yang ikut gugur tidak bisa dihitung secara pasti. Sementara itu, menurut media Belanda, korban dari pihak mereka selama bulan maret adalah 200 orang tewas dan luka-luka.
Arti Penting Serangan Umum 1 Maret 1949
Menunjukkan kepada dunia internasional keberadaan pemerintah dan TNI masih kuat dan solid
Dukungan terhadap perundingan/diplomasi yang berlangsung di PBB
Meningkatkan moral bangsa Indonesia
Meruntuhkan mental pasukan Belanda
Mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia
Itulah sejarah singkat serangan umum 1 Maret 1949 yang harus kita ketahui sebagai penerus bangsa. Ingat perjuangan para pakhlawan tidaklah mudah dan mereka rela mengorbankan jiwa dan raga. Sebagai penerus bangsa kita harus melakukan yang terbaik demi Negara kita tercinta ini.
serangan umum 1 Maret 1949
Jalannya Serangan Umum 1 Maret
Tepatnya pada tanggal 1 Maret 1949 di pagi hari, dimulailah serangan besar-besaran dengan fokus utama adalah ibu kota Indonesia saat itu yaitu Yogyakarta. Selain itu serangan juga dilakukan dibeberapa kota lain seperti Solo, dan Magelang dengan tujuan untuk menghambat bantuan tentara Belanda. Pusat komando saat itu ditempatkan di Desa Muto. Tepat pada pukul 6 pagi, sirine dibunyikan dan serang dilakukan ke seluruh penjuru kota. Serangan tersebut dibagi menjadi 5 sektor yaitu:
Kota dipimpin oleh Letnan Marsudi.
Barat dipimpin oleh Letkol Ventje Sumual
Utara dipimpin oleh Mayor Kusno
Selatan dipimpin oleh Mayor Sarjono
Timur dipimpin oleh Mayor Sarjono
Kerugian Di Kedua Belah Pihak Serangan Umum 1 Maret
Pihak Belanda 6 orang tewas dan 14 orang luka-luka, sementara di pihak Indonesia tercatat 300 prajurit gugur, 53 polisi gugur, dan jumlah rakyat yang ikut gugur tidak bisa dihitung secara pasti. Sementara itu, menurut media Belanda, korban dari pihak mereka selama bulan maret adalah 200 orang tewas dan luka-luka.
Arti Penting Serangan Umum 1 Maret 1949
Menunjukkan kepada dunia internasional keberadaan pemerintah dan TNI masih kuat dan solid
Dukungan terhadap perundingan/diplomasi yang berlangsung di PBB
Meningkatkan moral bangsa Indonesia
Meruntuhkan mental pasukan Belanda
Mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia
Itulah sejarah singkat serangan umum 1 Maret 1949 yang harus kita ketahui sebagai penerus bangsa. Ingat perjuangan para pakhlawan tidaklah mudah dan mereka rela mengorbankan jiwa dan raga. Sebagai penerus bangsa kita harus melakukan yang terbaik demi Negara kita tercinta ini.
tugas UNCI
1. Mengawasi perundingan KMB
2. Mengadakan sidang pendahuluan yang diketuai oleh Merle Cohran (wakil dari AS)
3. Berhasil membawa Indonesia-Belanda kedalam rundingan Roem Royem
4. Mengundang delegasi Indonesia dan Belanda untuk memulai pembicaraan
2. Mengadakan sidang pendahuluan yang diketuai oleh Merle Cohran (wakil dari AS)
3. Berhasil membawa Indonesia-Belanda kedalam rundingan Roem Royem
4. Mengundang delegasi Indonesia dan Belanda untuk memulai pembicaraan
proses didirikannya UNCI
Konfik antara Indonesia dengan Belanda
masih terus berlanjut. Namun semakin terbukanya mata dunia terkait
dengan konfik itu, menempatkan posisi Indonesia semakin menguntungkan.
Untuk mempercepat penyelesaikan konfik ini maka oleh DK PBB dibentuklah
UNCI (United Nations Commission for Indonesia) atau Komisi PBB untuk
ndonesia sebagai pengganti KTN. UNCI ini memiliki kekuasaan yang lebih
besar dibanding KTN. UNCI berhak mengambil keputusan yang mengikat atas
dasar suara mayoritas. UNCI memiliki tugas dan kekuasaan sebagai
berikut.
- Memberi rekomendasi kepada DK PBB dan pihak-pihak yang bersengketa (Indonesia dan Belanda).
- Membantu mereka yang bersengketa untuk mengambil keputusan dan melaksanakan resolusi DK PBB.
- Mengajukan saran kepada DK PBB mengenai cara-cara yang dianggap terbaik untuk mengalihkan kekuasaan di Indonesia berlangsung secara aman dan tenteram. d. Membantu memulihkan kekuasaan pemerintah RI dengan segera.
- Mengajukan rekomendasi kepada DK PBB mengenai bantuan yang dapat diberikan untuk membantu keadaan ekonomi penduduk di daerah-daerah yang diserahkan kembali kepada RI.
- Memberikan saran tentang pemakaian tentara Belanda di daerah-daerah yang dianggap perlu demi ketenteraman rakyat.
- Mengawasi pemilihan umum, bila di wilayah Indonesia diadakan pemilihan.
Ketika Presidan, Wakil presiden dan
pembesar-pembesar Republik ditawan Belanda di Bangka, delegasi BFO
(Bijzonder Federaal Overleg) mengunjungi mereka dan mengadakan
perundingan. UNCI mengumumkan bahwa delegasi-delegasi Republik, Belanda
dan BFO telah mecapai persetujuan pendapat mengenai akan
diselenggarakannya KMB. UNCI juga berhasil menjadi mediator dalam KMB.
Bahkan peranan itu juga tampak sampai penyerahan dan pemulihan kekuasaan
Pemerintah RI di Indonesia
susunan pemerintahan PDRI
susunan dari PDRI sebagai berikut:
1.Ketua, merangkap Menteri Pertahanan dan Penerangan, Mr. Sjafruddin Prawiranegara.
2.Wakil ketua, merangkap menteri kehakiman, Mr. Soesanto Tirtoprodjo. Setelah terdengar kabar bahwa sdr. Supeno gugur karena dibunuh Belanda, maka Beliau merangkap juga Menteri Pembangunan dan Pemuda.
3. Menteri Luar Negeri, Mr. A. A. Maramis.
4. Menteri Dalam Negeri merangkap Menteri Kesehatan, dr. Soekiman.
5.Menteri Keuangan, Mr. Loekman Hakim.
6.Menteri Kemakmuran (termasuk pmr), I. Kasimo.
7.Menteri Agama, Masjkoer.
8.Menteri Pendidikan , Pengajaran dan Kebudayaan, Mr. TM. Hasan.
9.Menteri Perhubungan, Ir. Indratjaja.
10.Menteri Pekerjaan Umum Ir. Sitompoel.
11.Menteri Perburuhan dan Sosial, Mr. ST. Mohd. Rasjid.
1.Ketua, merangkap Menteri Pertahanan dan Penerangan, Mr. Sjafruddin Prawiranegara.
2.Wakil ketua, merangkap menteri kehakiman, Mr. Soesanto Tirtoprodjo. Setelah terdengar kabar bahwa sdr. Supeno gugur karena dibunuh Belanda, maka Beliau merangkap juga Menteri Pembangunan dan Pemuda.
3. Menteri Luar Negeri, Mr. A. A. Maramis.
4. Menteri Dalam Negeri merangkap Menteri Kesehatan, dr. Soekiman.
5.Menteri Keuangan, Mr. Loekman Hakim.
6.Menteri Kemakmuran (termasuk pmr), I. Kasimo.
7.Menteri Agama, Masjkoer.
8.Menteri Pendidikan , Pengajaran dan Kebudayaan, Mr. TM. Hasan.
9.Menteri Perhubungan, Ir. Indratjaja.
10.Menteri Pekerjaan Umum Ir. Sitompoel.
11.Menteri Perburuhan dan Sosial, Mr. ST. Mohd. Rasjid.
peranan PDRI sebagai penjaga eksistensi republik indonesia
Peranan PDRI
PDRI yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara memainkan peranan yang penting dalam mempertahankan dan menegakkan pemerintah RI. Peranan PDRI antara lain sebagai berikut.
PDRI dapat berfungsi sebagai mandataris kekuasaan pemerintah RI dan berperan sebagai pemerintah pusat.
PDRI berperan sebagai kunci dalam mata rantai komunikasi dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Radiogram mengenai masih berdirinya PDRI dikirimkan kepada Ketua Konferensi Asia, Pandit Jawaharlal Nehru oleh Radio Rimba Raya yang berada di Aceh Tengah pada tanggal 23 Januari 1948.
PDRI berhasil menjalin hubungan dan berbagi tugas dengan perwakilan RI di India. Dari India informasi informasi keberadaan dan perjuangan bangsa dan negara RI disebarluaskan ke berbagai penjuru.
Dengan adanya PDRI terbukalah mata dunia mengenai keadaan RI yang sesungguhnya. sehingga menempatkan posisi Indonesia semakin menguntungkan.
hasil perundingan renville
Berikut adalah pokok-pokok isi perjanjian Renville, yaitu:
1. Belanda akan tetap berdaulat hingga terbentuknya RIS atau Republik Indonesia Serikat. 2 .RIS atau Republik Indonesia Serikat memiliki kedudukan sejajar dengan Uni Indonesia Belanda. 3 .Belanda dapat menyerahkan kekuasaanya ke pemerintah federal sementara, sebelum RIS terbentuk. 4.Negara Republik Indonesia akan menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat. 5 .Enam bulan sampai satu tahun, akan diadakan pemilihan umum (pemilu) dalam pembentukan Konstituante RIS. 6. Setiap tentara Indonesia yang berada di daerah pendudukan Belanda harus berpindah ke daerah Republik Indonesia.
proses dilaksanakannya perundingan renville
Latar Belakang Perjanjian Renville
tokoh tokoh ini merupakan orang yang terlibat dalam perjanjian renville
Diadakannya Perjanjian Renville atau perundingan Renville bertujuan untuk menyelesaikan segala bentuk pertikaian antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda.
Perundingan ini di latar belakangi adanya peristiwa penyerangan Belanda terhadap Indonesia yang disebut dengan Agresi Militer Belanda Pertama yang jatuh pada tanggal 21 Juli 1947 hingga 4 Agustus 1947.
Di luar negeri dengan adanya peristiwa penyerangan yang dilakukan Belanda terhandap Indonesia, menimbulkan reaksi keras.
Pada tanggal 1 Agustus 1947, akhirnya dewan keamanan PBB memerintahkan keduanya untuk menghentikan tembak menembak. Pada tanggal 4 Agustus 1947, Republik Indonesia dan Belanda mengumumkan gencatan dan berakhir pula Agresi Militer Pertama.
Agresi militer pertama disebabkan adanya perselisihan pendapat yang diakibatkan bedanya penafsiran yang ada dalam persetujuan linggajati, dimana Belanda tetap mendasarkan tafsirannya pidato Ratu Wilhelmina pada tanggal 7 Desember 1942. Dimana Indonesia akan dijadikan anggota Commonwealth serta akan dibentuk negara federasi, keinginan Belanda tersebut sangat merugikan Indonesia.
Dengan penolakan yang diberikan pihak Indonesia terhadap keinginan Belanda, sehari sebelum agresi militer pertama Belanda tidak terikat lagi pada perjanjian Linggarjati, sehingga tercetuslah pada tanggal 21 Juli 1947 Agresi Militer Belanda yang pertama.
Perundingan pihak Belanda dan pihak Indonesia dimulai pada tanggal 8 Desember1947 diatas kapal Renville yang tengah berlabuh di teluk Jakarta. Perundingan ini menghasilkan saran-saran KTN dengan pokok-pokonya yaitu pemberhentian tembak-menembak di sepanjang Garis van Mook serta perjanjian peletakan senjata dan pembentukan daerah kosong militer.
Pada akhirnya perjanjian Renville ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948, dan disusul intruksi untuk menghentikan aksi tembak-menembak di tanggal 19 Januari 1948.
tokoh tokoh ini merupakan orang yang terlibat dalam perjanjian renville
Diadakannya Perjanjian Renville atau perundingan Renville bertujuan untuk menyelesaikan segala bentuk pertikaian antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda.
Perundingan ini di latar belakangi adanya peristiwa penyerangan Belanda terhadap Indonesia yang disebut dengan Agresi Militer Belanda Pertama yang jatuh pada tanggal 21 Juli 1947 hingga 4 Agustus 1947.
Di luar negeri dengan adanya peristiwa penyerangan yang dilakukan Belanda terhandap Indonesia, menimbulkan reaksi keras.
Pada tanggal 1 Agustus 1947, akhirnya dewan keamanan PBB memerintahkan keduanya untuk menghentikan tembak menembak. Pada tanggal 4 Agustus 1947, Republik Indonesia dan Belanda mengumumkan gencatan dan berakhir pula Agresi Militer Pertama.
Agresi militer pertama disebabkan adanya perselisihan pendapat yang diakibatkan bedanya penafsiran yang ada dalam persetujuan linggajati, dimana Belanda tetap mendasarkan tafsirannya pidato Ratu Wilhelmina pada tanggal 7 Desember 1942. Dimana Indonesia akan dijadikan anggota Commonwealth serta akan dibentuk negara federasi, keinginan Belanda tersebut sangat merugikan Indonesia.
Dengan penolakan yang diberikan pihak Indonesia terhadap keinginan Belanda, sehari sebelum agresi militer pertama Belanda tidak terikat lagi pada perjanjian Linggarjati, sehingga tercetuslah pada tanggal 21 Juli 1947 Agresi Militer Belanda yang pertama.
Perundingan pihak Belanda dan pihak Indonesia dimulai pada tanggal 8 Desember1947 diatas kapal Renville yang tengah berlabuh di teluk Jakarta. Perundingan ini menghasilkan saran-saran KTN dengan pokok-pokonya yaitu pemberhentian tembak-menembak di sepanjang Garis van Mook serta perjanjian peletakan senjata dan pembentukan daerah kosong militer.
Pada akhirnya perjanjian Renville ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948, dan disusul intruksi untuk menghentikan aksi tembak-menembak di tanggal 19 Januari 1948.
sebab di bentuknya komisi 3 negara
Latar Belakang Pembentukan Komisi Tiga Negara (KTN) dan Tugasnya - Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai badan dunia yang dalam hal ini Dewan Keamanan, ikut mengambil peran dalam upaya penyelesaian pertikaian antara Indonesia dengan Belanda. Lembaga yang dibentuk dinamakan Komisi Tiga Negara (KTN) yang anggotanya terdiri dari Belgia mewakili Belanda, Australia mewakili Indonesia dan Amerika Serikat sebagai pihak ke tiga yang ditunjuk oleh Belgia dan Australia.
Dewan Keamanan PBB, ikut mengambil peran dalam upaya penyelesaian pertikaian antara Indonesia dengan Belanda dengan membentuk suatu badan yang kemudian kita kenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN). Latar belakang pembentukan KTN ini bermula ketika pada tanggal 20 Juli 1947 Van Mook menyatakan, bahwa ia merasa tidak terikat lagi dengan persetujuan Linggarjati dan perjanjian gencatan senjata. Seperti diketahui bahwa pada tanggal 21 Juli 1947 tentara Belanda melancarkan agresi militer terhadap pemerintah Indonesia.
Latar Belakang Pembentukan Komisi Tiga Negara (KTN) dan Tugasnya
KTN bertugas mengawasi secara langsung penghentian tembak-menembak sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Dalam masalah militer KTN mengambil inisiatif, akan tetapi dalam masalah politik KTN hanya memberikan saran atau usul dan tidak mempunyai hak untuk menentukan keputusan politik yang akan diambil oleh Indonesia. Belanda membuat batas-batas wilayah dengan memasang patok-patok wilayah status quo. Kesulitan yang dihadapi oleh KTN adalah garis Van Mook, karena Belanda telah mempertahankannya. Garis Van Mook adalah suatu garis yang menghubungkan pucuk-pucuk pasukan Belanda yang maju sesudah perintah Dewan Keamanan untuk menghentikan tembak-menembak. KTN dibentuk untuk menyelesaikan (menjadi pertengahan saat) masalah sengketa daerah Indonesia yang diklaim oleh Belanda secara damai, KTN terdiri atas negara Australia (dipilih oleh Indonesia), Belgia (dipilih oleh Belanda) dan Amerika Serikat yang berperan sebagai pertengahan.
dampak adanya konferensi malino
A. Belanda menginginkan kemerdekaan Indonesia.
b. Konflik dengan Belanda tidak dapat dilakukan.
c. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.
d. Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
b. Konflik dengan Belanda tidak dapat dilakukan.
c. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.
d. Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
sebab timbulnya agresi militer 1 dan 2
Faktor penyebab terjadi nya agresi militer Belanda ke 1 dan 2 yaitu:
1. Perbedaan penafsiran antara Indonesia dengan Belanda terhadap ketentuan hasil Perundingan Linggarjati.
Pihak Belanda cenderung menempatkan Indonesia sebagai negara persekmakmuran dengan Belanda sebagai negara induk.
Sebaliknya, pihak Indonesia tetap teguh mempertahankan kedaulatannya, lepas dari Belanda.
2. Ketidakpuasan Belanda terhadap pejanjian Renvile yang telah disepakati oleh Indonesia dengan Belanda.
Belanda menolak adanya pembagian kekuasaan dan tetap ingin menguasai Republik Indonesia seutuhnya.
1. Perbedaan penafsiran antara Indonesia dengan Belanda terhadap ketentuan hasil Perundingan Linggarjati.
Pihak Belanda cenderung menempatkan Indonesia sebagai negara persekmakmuran dengan Belanda sebagai negara induk.
Sebaliknya, pihak Indonesia tetap teguh mempertahankan kedaulatannya, lepas dari Belanda.
2. Ketidakpuasan Belanda terhadap pejanjian Renvile yang telah disepakati oleh Indonesia dengan Belanda.
Belanda menolak adanya pembagian kekuasaan dan tetap ingin menguasai Republik Indonesia seutuhnya.
proses lahirnya konferensi malino
Dalam situasi politik yang tidak menentu di Indonesia, Belanda melakukan tekan politik dan militer di Indonesia. Tekanan politik dilakukan dengan menyelenggarakan Konferensi Malino, yang bertujuan untuk membentuk negara-negara federal di daerah yang baru diserahterimakan oleh Inggris dan Australia kepada Belanda.
Disamping itu, di Pangkal Pinang, Bangka diselenggarakan konferensi untuk golongan minoritas. Konferensi Malino diselenggarakan pada 15-26 juli 1946, sedangkan Konferensi Pangkal Pinang pada 1 Oktober 1946. Diharapkan daerah-daerah ini akan mendukung Belanda dalam pembentukan negara federasi.
Di samping itu, Belanda juga terus mengirim pasukannya memasuki Indonesia. Dengan demikian kadar permusuhan antara kedua belah pihak semakin meningkat. Namun usaha-usaha diplomasi terus dilakukan. Sebagai contoh tanggal 14 Oktober 1946 tercapai persetujuan gencatan senjata. Usaha-usaha perundingan pun terus diupayakan.
Setelah perjanjian Linggarjati Van Mook mengambil inisiatif untuk mendirikan pemerintahan federal sementara sebagai pengganti Hindia Belanda. Tindakan Van Mook itu menimbulkan kegelisahan di kalangan negara-negara bagian yang tidak terwakili dalam susunan pemerintahan. Pada kenyataannya pemerintah federal yang didirikan Van Mook itu tidak beda pemerintah Hindia Belanda.
Perwakilan dari Ternate dan Halmahera dalam Konferensi Malino. Foto: KITLV
Untuk itulah negara-negara federal mengadakan rapat di Bandung pada Mei – Juli 1948. Konferensi Bandung itu dihadiri oleh empat negara federal yang sudah terbentuk yaitu Negara Indonesia Timur, Negara Sumatera Timur, Negara Pasundan, dan Negara Madura. Juga dihadiri oleh daerah-daerah otonom seperti, Bangka, Banjar, Dayak Besar, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Riau, dan Jawa Tengah. Sebagai ketua adalah Mr. T. Bahriun dari Negara Sumatera Timur.
Rapat itu diberi nama Bijeenkomst voor federal Overleg (BFO), yaitu suatu pertemuan untuk Musyawarah Federal. Pengambil inisiatif BFO itu adalah Ida Agung Gde Agung, seorang perdana menteri Negara Indonesia Timur. juga R.T. Adil Puradiredja, seorang perdana menteri Negara Pasunan.
BFO itu dimaksudkan untuk mencari solusi dari situasi politik yang genting akibat dari perkembangan politik antara Belanda dan RI yang juga berpengaruh pada perkembangan negara-negara bagian. Pertemuan Bandung juga dirancang untuk menjadikan pemerintahan peralihan yang lebih baik daripada pemerintahan Federal Sementara buatan Van Mook.
Disamping itu, di Pangkal Pinang, Bangka diselenggarakan konferensi untuk golongan minoritas. Konferensi Malino diselenggarakan pada 15-26 juli 1946, sedangkan Konferensi Pangkal Pinang pada 1 Oktober 1946. Diharapkan daerah-daerah ini akan mendukung Belanda dalam pembentukan negara federasi.
Di samping itu, Belanda juga terus mengirim pasukannya memasuki Indonesia. Dengan demikian kadar permusuhan antara kedua belah pihak semakin meningkat. Namun usaha-usaha diplomasi terus dilakukan. Sebagai contoh tanggal 14 Oktober 1946 tercapai persetujuan gencatan senjata. Usaha-usaha perundingan pun terus diupayakan.
Setelah perjanjian Linggarjati Van Mook mengambil inisiatif untuk mendirikan pemerintahan federal sementara sebagai pengganti Hindia Belanda. Tindakan Van Mook itu menimbulkan kegelisahan di kalangan negara-negara bagian yang tidak terwakili dalam susunan pemerintahan. Pada kenyataannya pemerintah federal yang didirikan Van Mook itu tidak beda pemerintah Hindia Belanda.
Perwakilan dari Ternate dan Halmahera dalam Konferensi Malino. Foto: KITLV
Untuk itulah negara-negara federal mengadakan rapat di Bandung pada Mei – Juli 1948. Konferensi Bandung itu dihadiri oleh empat negara federal yang sudah terbentuk yaitu Negara Indonesia Timur, Negara Sumatera Timur, Negara Pasundan, dan Negara Madura. Juga dihadiri oleh daerah-daerah otonom seperti, Bangka, Banjar, Dayak Besar, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Riau, dan Jawa Tengah. Sebagai ketua adalah Mr. T. Bahriun dari Negara Sumatera Timur.
Rapat itu diberi nama Bijeenkomst voor federal Overleg (BFO), yaitu suatu pertemuan untuk Musyawarah Federal. Pengambil inisiatif BFO itu adalah Ida Agung Gde Agung, seorang perdana menteri Negara Indonesia Timur. juga R.T. Adil Puradiredja, seorang perdana menteri Negara Pasunan.
BFO itu dimaksudkan untuk mencari solusi dari situasi politik yang genting akibat dari perkembangan politik antara Belanda dan RI yang juga berpengaruh pada perkembangan negara-negara bagian. Pertemuan Bandung juga dirancang untuk menjadikan pemerintahan peralihan yang lebih baik daripada pemerintahan Federal Sementara buatan Van Mook.
akibat perundingan linggarjati
1. Wilayah Indonesia Semakin Sempit 2. Pengakuan De Facto Dari Belanda 3. Belanda Dapat Membangun Kembali Kekuasaannya Di Indonesia 4. Negara Asing Perlahan Mulai Mengakui Kedaulatan Indonesia a. Adanya pengakuan Belanda secara de facto mengakui kekuasaan pemerintah RI atas Jawa, Madura dan Sumatera
b. Dari perundingan linggarjati, berturut-turut negara asing kini mengakui kekuasaan RI seperti..
Inggris: 31 Maret 1947
Amerika Serikat 17 April 1947
Mesir 11 Juni 1947
Lebanon: 29 Juni 1947
Suriah: 2 Juli 1947
Afganistan: 23 September 1947
Burma: 23 November 1947
Saudi Arabia: 24 November 1947
Yaman: 3 Mei 1948
Rusia: 26 Mei 1948
2. Dampak Negatif Hasil Perjanjian Linggarjati
1. Belanda dapat membangun kembali kekuatan di Indonesia
2. Banyak masyarakat dan kalangan indonesia yang menetang mulai dari Partai Masyumi, PNI, Partai Rakyat Indonesia, dan Partai Rakyat Jelata. dimana partai tersebut menyatakan bahwa bukti lemahnya pemerintah Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan negara Indonesia.
3. Pemimpin perundingan linggarjati Indonesia yaitu Sutan Syahrir dianggap memberikan konsensi bagi Belanda membuat sebagian besar anggota Partai Sosialis di Kabinet dan KNIP menarik dukungannya kepada Syahrir pada tanggal 26 Juni 1947.
b. Dari perundingan linggarjati, berturut-turut negara asing kini mengakui kekuasaan RI seperti..
Inggris: 31 Maret 1947
Amerika Serikat 17 April 1947
Mesir 11 Juni 1947
Lebanon: 29 Juni 1947
Suriah: 2 Juli 1947
Afganistan: 23 September 1947
Burma: 23 November 1947
Saudi Arabia: 24 November 1947
Yaman: 3 Mei 1948
Rusia: 26 Mei 1948
2. Dampak Negatif Hasil Perjanjian Linggarjati
1. Belanda dapat membangun kembali kekuatan di Indonesia
2. Banyak masyarakat dan kalangan indonesia yang menetang mulai dari Partai Masyumi, PNI, Partai Rakyat Indonesia, dan Partai Rakyat Jelata. dimana partai tersebut menyatakan bahwa bukti lemahnya pemerintah Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan negara Indonesia.
3. Pemimpin perundingan linggarjati Indonesia yaitu Sutan Syahrir dianggap memberikan konsensi bagi Belanda membuat sebagian besar anggota Partai Sosialis di Kabinet dan KNIP menarik dukungannya kepada Syahrir pada tanggal 26 Juni 1947.
isi persetujuan perundingan linggarjati
Isi perjanjian Linggarjati:
1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra.
2. Akan dibentuk negara federal dengan nama Indonesia Serikat yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia
3.Dibentuk Uni Indonesia-Belanda dengan ratu Belanda sebagai kepala uni
4.Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Uni Indonesia-Belanda sebelum tanggal 1 Januari 1949
1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra.
2. Akan dibentuk negara federal dengan nama Indonesia Serikat yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia
3.Dibentuk Uni Indonesia-Belanda dengan ratu Belanda sebagai kepala uni
4.Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Uni Indonesia-Belanda sebelum tanggal 1 Januari 1949
proses di laksanakannya perundingan linggarjati
Perundingan Linggarjati dilaksanakan pada tanggal 10-15 November 1946. dalam perundingan Linggarjati delegasi Indonesia dipimpin perdana Menteri Sutan Syahrir, sedangkan delegasi Belanda diwakili oleh Prof. S. Schemerhorn dan Dr. H,J. Van. Mook. Penengah dan pemimpin perundingan dari pihak Inggris, yaitu Lord Killeam. Hasil perundingan diumumkan pada tanggal 15 November 1946 dan telah tersusun sebagai naskah persetujuan yang terdiri atas 17 pasal, antara lain berisi sebagai berikut: a). Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari 1949.
b). Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia.
c).Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.. Dalam perjanjian Linggajati ini pihak RI ditandatangani oleh Sutan Sjahrir, Mr.Moh.Roem, Mr.Soesanto Tirtoprodjo, dan A.K.Gani, sedangkan dari pihak Belanda ditandatangani oleh Prof.Schermerhorn, Dr.van Mook, dan van Poll. Hasil perundingan Linggarjati menimulkan berbagai pendapat pro dan kontra di kalngan partai politik di Indonesia. Perundingan Linggarjati merugikan pihak Reopublik Indonesia krena wilayahnya semakin sempit, yaitu hanya meliputi Jawa, Madura dan Sumatera. Pada tanggal 20 Juli 1947, Gubernur Jendral H.J. van Mook akhirnya menyatakan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini, dan pada tanggal 21 Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I. Hal ini merupakan akibat dari perbedaan penafsiran antara Indonesia dan Belanda.
b). Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia.
c).Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.. Dalam perjanjian Linggajati ini pihak RI ditandatangani oleh Sutan Sjahrir, Mr.Moh.Roem, Mr.Soesanto Tirtoprodjo, dan A.K.Gani, sedangkan dari pihak Belanda ditandatangani oleh Prof.Schermerhorn, Dr.van Mook, dan van Poll. Hasil perundingan Linggarjati menimulkan berbagai pendapat pro dan kontra di kalngan partai politik di Indonesia. Perundingan Linggarjati merugikan pihak Reopublik Indonesia krena wilayahnya semakin sempit, yaitu hanya meliputi Jawa, Madura dan Sumatera. Pada tanggal 20 Juli 1947, Gubernur Jendral H.J. van Mook akhirnya menyatakan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini, dan pada tanggal 21 Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I. Hal ini merupakan akibat dari perbedaan penafsiran antara Indonesia dan Belanda.
koperasi lintas laut bayuwangi ke bali
Suatu hari pada April 1946, pasukan laut Indonesia yang diwakili Pasukan M (Markadi) berhasil memukul pasukan Belanda di perairan Bali. Itulah pertempuran laut pertama yang dimenangi pasukan Indonesia sejak kemerdekaan. Kisah heroik tersebut tertuang dalam buku berjudul Pasukan M yang menjadi kado Hari Armada 2012
Pasukan M adalah pasukan yang dibentuk untuk menyelamatkan Bali yang diduduki tentara Sekutu. Pendaratan Sekutu di Bali dimulai pada Oktober 1945 di Kota Singaraja. Terjadi insiden penurunan bendera Merah Putih yang memancing kemarahan pemuda setempat.
Saat Sekutu dan Belanda mendarat di Bali, Overstee (Letkol) I Gusti Ngurah Rai sebagai perwira tertinggi Tentara Republik Indonesia (TRI) untuk Sunda Kecil sedang berada di Jogjakarta guna berkonsultasi dengan Markas Besar TRI mengenai pembinaan Resimen Sunda Kecil dan cara-cara menghadapi Belanda. Pendaratan Sekutu dan Belanda berlanjut hingga 3 Maret 1946.
Melihat gerak maju pasukan Sekutu dan Belanda di Bali, Resimen Sunda Kecil diperintah untuk menyiapkan serangan di Bali. Semula Overstee Ngurah Rai meminta persenjataan dari Markas TRI di Jogjakarta.
Namun, akhirnya diputuskan dikirim Pasukan Kapten Markadi dan Pasukan Kapten Albert Waroka. Mereka dikenal secara umum sebagai Pasukan M yang mengadakan operasi amfibi pertama TNI melintasi Selat Bali dari titik keberangkatan Banyuwangi ke pantai barat Pulau Bali di sekitar Jembrana.
Dalam buku Pasukan M, mengutip kesaksian I Nyoman Nirba, salah seorang anggota Pasukan M yang masih hidup, dikisahkan Kapten Markadi mempersiapkan pasukan secara serius. Anak buahnya secara disiplin berlatih untuk meningkatkan keterampilan, mulai pertempuran perorangan hingga operasi pendaratan.
Mantan komandan Kompi Polisi Tentara (Provos) TRI Laut Malang tersebut hendak memastikan sendiri keberhasilan operasi dengan mengikuti pelayaran survei medan bersama personel ALRI Pangkalan X Banyuwangi.
Bahkan, seminggu sebelum pendaratan, dia mengirimkan empat tim intelijen untuk mengumpulkan informasi pantai pendaratan, baik kondisi geografis "terutama tempat-tempat yang aman untuk pendaratan" maupun kondisi sosial politik masyarakat serta kekuatan, penempatan, dan patroli pasukan Belanda.
Sehari sebelum hari H, Kapten Markadi masih mengirim beberapa anak buahnya ke Bali. Mereka ditugaskan menjadi pemandu untuk menuntun pendaratan rekan-rekannya begitu perahu-perahu Pasukan M sudah terlihat dari pantai. Kodenya berupa api berbentuk segi tiga. Jadi, bila pasukan pendarat melihat api berbentuk segi tiga, berarti pantai itu aman didarati.
Sejumlah literatur menyebutkan, Markadi menghubungkan tanggal penyeberangan itu dengan hari lahirnya, yaitu 9 April 1927. Tampaknya, perwira muda tersebut bermaksud merayakan ulang tahunnya yang ke-19 di Bali. Sore menjelang malam pada 4 April 1946, Pasukan M bergerak dari asrama Sukowidi ke embarkasi Pelabuhan Boom Banyuwangi.
Sebagian berjalan menyusuri tepi pantai, sebagian lagi bergerak lewat jalan besar sambil berpura-pura berlatih perang-perangan. Itu dilakukan untuk mengelabui mata-mata Belanda yang diperkirakan berada di Banyuwangi.
Sambil menanti air pasang, Markadi berpidato tanpa alat pengeras suara untuk memompa semangat pasukan. Kode api segi tiga dikabarkan lagi dalam pidato singkat itu. Pada ujung pidatonya, Markadi mengajak pasukan menyanyikan lagu-lagu perjuangan.
Sekitar pukul 20.00, air laut mulai pasang. Satu per satu prajurit Pasukan M melompat naik perahu. Sebenarnya, saat fajar pada 5 April 1946, dua perahu Madura yang salah satunya ditumpangi Markadi hampir sampai di titik pendaratan di Pantai Penginuman. Meski tinggal 2 mil laut dari pantai Bali, posisi dua perahu tersebut masih terkatung-katung di laut dan bergerak perlahan. Mungkin dua perahu itu kelebihan muatan, sehingga susah diolahgerakkan dengan hanya mengandalkan kayuhan dayung para penumpang.
Sementara itu, di kejauhan, tiba-tiba terlihat dua titik bergerak dari arah Cupel mendekat ke arah dua perahu Pasukan M. Ternyata, dua titik tersebut adalah dua kapal Angkatan Laut Belanda jenis LCM (Landing Craft Mechanized) yang sedang berpatroli.
Melihat dua kapal musuh mendekat, Pasukan M mendayung perahu dengan sekuat tenaga untuk menghindar. Namun, upaya tersebut tidak berhasil, dua kapal patroli Belanda itu lebih cepat. Salah satu di antaranya mendekat ke arah perahu yang ditumpangi Markadi.
Sebelum LCM itu semakin mendekat, Markadi memerintah pasukannya melepas seragam hitam-hitam yang dikenakan dan menyembunyikan senjata agar dikira nelayan. Namun, seluruh personel diperintah dalam posisi siap menembak.
Dalam jarak kira-kira 5 meter, terlihat dua orang Belanda yang berada di LCM terdepan mengarahkan mitraliur Watermantel. Dalam bahasa Belanda, mereka memberi perintah berhenti dan meminta awak di perahu untuk melempar tali.
Markadi yang mengerti bahasa Belanda langsung melempar tali seraya memberikan perintah menembak dan langsung menceburkan diri ke laut. Pertempuran laut pertama dalam sejarah RI seketika pecah di Selat Bali. Tidak semua awak di perahu itu ikut bertempur.
Beberapa orang hanya bertiarap karena tidak memiliki senjata. Tentara Belanda membalas serangan Pasukan M dengan mitraliur berat jenis Browning kaliber 12,7 mm.
Namun, karena terlalu dekat dan posisi LCM lebih tinggi dari perahu Madura, senapan mesin berada dalam sudut mati dan tembakan prajurit Belanda hanya mengenai tiang layar. Sebab, perahu yang ditumpangi Markadi berposisi sangat rendah.
Markadi yang terjun menyelam di lambung sebelah kanan perahu muncul di lambung sebelah kiri. Dengan dibantu anak buahnya, dia naik lagi ke perahu. Awak kapal Belanda yang nyaris putus asa karena tembakan mereka tidak mengenai sasaran kemudian menabrakkan LCM-nya ke perahu Markadi. Mereka berharap perahu pejuang itu tenggelam.
Beberapa orang yang berada di perahu tersebut jatuh ke laut. Tapi, mereka kembali naik dengan bantuan personel lainnya. LCM tersebut beberapa kali menabrak perahu. Saat aksi tabrak-tabrakan itulah Markadi memerintah Pasukan M serempak melemparkan granat ke arah dua LCM Belanda.
Tidak lama kemudian, terdengar granat meledak di atas sebuah LCM Belanda dan diperkirakan menewaskan empat awaknya. LCM lainnya langsung melarikan diri dengan keadaan terbakar pada bagian dek dan lambung kapal. Sambil mundur ke arah Gilimanuk, LCM itu terus menembak, tapi tidak ada yang kena sasaran. Menurut laporan Angkatan Laut Belanda, LCM tersebut dikabarkan kembali beroperasi setelah diperbaiki.
Pertempuran yang berlangsung kira-kira 15 menit itu disebut-sebut sebagai pertempuran laut pertama yang dimenangi angkatan perang Indonesia setelah proklamasi 17 Agustus 1945. Dalam pertempuran tersebut, korban dari Pasukan M adalah satu orang gugur atas nama Sumeh Darsono dan satu orang mengalami luka tembak, yaitu Tamali.
Markadi lahir pada 9 April 1927 dengan nama lengkap Markadi Pudji Rahardjo. Karena Restrukturisasi dan Rasionalisasi (RERA) TNI 1948, Markadi yang semula merupakan pentolan Angkatan Laut mau tak mau menjadi Angkatan Darat. Dia wafat pada 21 Januari 2008 dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
Pasukan M adalah pasukan yang dibentuk untuk menyelamatkan Bali yang diduduki tentara Sekutu. Pendaratan Sekutu di Bali dimulai pada Oktober 1945 di Kota Singaraja. Terjadi insiden penurunan bendera Merah Putih yang memancing kemarahan pemuda setempat.
Saat Sekutu dan Belanda mendarat di Bali, Overstee (Letkol) I Gusti Ngurah Rai sebagai perwira tertinggi Tentara Republik Indonesia (TRI) untuk Sunda Kecil sedang berada di Jogjakarta guna berkonsultasi dengan Markas Besar TRI mengenai pembinaan Resimen Sunda Kecil dan cara-cara menghadapi Belanda. Pendaratan Sekutu dan Belanda berlanjut hingga 3 Maret 1946.
Melihat gerak maju pasukan Sekutu dan Belanda di Bali, Resimen Sunda Kecil diperintah untuk menyiapkan serangan di Bali. Semula Overstee Ngurah Rai meminta persenjataan dari Markas TRI di Jogjakarta.
Namun, akhirnya diputuskan dikirim Pasukan Kapten Markadi dan Pasukan Kapten Albert Waroka. Mereka dikenal secara umum sebagai Pasukan M yang mengadakan operasi amfibi pertama TNI melintasi Selat Bali dari titik keberangkatan Banyuwangi ke pantai barat Pulau Bali di sekitar Jembrana.
Dalam buku Pasukan M, mengutip kesaksian I Nyoman Nirba, salah seorang anggota Pasukan M yang masih hidup, dikisahkan Kapten Markadi mempersiapkan pasukan secara serius. Anak buahnya secara disiplin berlatih untuk meningkatkan keterampilan, mulai pertempuran perorangan hingga operasi pendaratan.
Mantan komandan Kompi Polisi Tentara (Provos) TRI Laut Malang tersebut hendak memastikan sendiri keberhasilan operasi dengan mengikuti pelayaran survei medan bersama personel ALRI Pangkalan X Banyuwangi.
Bahkan, seminggu sebelum pendaratan, dia mengirimkan empat tim intelijen untuk mengumpulkan informasi pantai pendaratan, baik kondisi geografis "terutama tempat-tempat yang aman untuk pendaratan" maupun kondisi sosial politik masyarakat serta kekuatan, penempatan, dan patroli pasukan Belanda.
Sehari sebelum hari H, Kapten Markadi masih mengirim beberapa anak buahnya ke Bali. Mereka ditugaskan menjadi pemandu untuk menuntun pendaratan rekan-rekannya begitu perahu-perahu Pasukan M sudah terlihat dari pantai. Kodenya berupa api berbentuk segi tiga. Jadi, bila pasukan pendarat melihat api berbentuk segi tiga, berarti pantai itu aman didarati.
Sejumlah literatur menyebutkan, Markadi menghubungkan tanggal penyeberangan itu dengan hari lahirnya, yaitu 9 April 1927. Tampaknya, perwira muda tersebut bermaksud merayakan ulang tahunnya yang ke-19 di Bali. Sore menjelang malam pada 4 April 1946, Pasukan M bergerak dari asrama Sukowidi ke embarkasi Pelabuhan Boom Banyuwangi.
Sebagian berjalan menyusuri tepi pantai, sebagian lagi bergerak lewat jalan besar sambil berpura-pura berlatih perang-perangan. Itu dilakukan untuk mengelabui mata-mata Belanda yang diperkirakan berada di Banyuwangi.
Sambil menanti air pasang, Markadi berpidato tanpa alat pengeras suara untuk memompa semangat pasukan. Kode api segi tiga dikabarkan lagi dalam pidato singkat itu. Pada ujung pidatonya, Markadi mengajak pasukan menyanyikan lagu-lagu perjuangan.
Sekitar pukul 20.00, air laut mulai pasang. Satu per satu prajurit Pasukan M melompat naik perahu. Sebenarnya, saat fajar pada 5 April 1946, dua perahu Madura yang salah satunya ditumpangi Markadi hampir sampai di titik pendaratan di Pantai Penginuman. Meski tinggal 2 mil laut dari pantai Bali, posisi dua perahu tersebut masih terkatung-katung di laut dan bergerak perlahan. Mungkin dua perahu itu kelebihan muatan, sehingga susah diolahgerakkan dengan hanya mengandalkan kayuhan dayung para penumpang.
Sementara itu, di kejauhan, tiba-tiba terlihat dua titik bergerak dari arah Cupel mendekat ke arah dua perahu Pasukan M. Ternyata, dua titik tersebut adalah dua kapal Angkatan Laut Belanda jenis LCM (Landing Craft Mechanized) yang sedang berpatroli.
Melihat dua kapal musuh mendekat, Pasukan M mendayung perahu dengan sekuat tenaga untuk menghindar. Namun, upaya tersebut tidak berhasil, dua kapal patroli Belanda itu lebih cepat. Salah satu di antaranya mendekat ke arah perahu yang ditumpangi Markadi.
Sebelum LCM itu semakin mendekat, Markadi memerintah pasukannya melepas seragam hitam-hitam yang dikenakan dan menyembunyikan senjata agar dikira nelayan. Namun, seluruh personel diperintah dalam posisi siap menembak.
Dalam jarak kira-kira 5 meter, terlihat dua orang Belanda yang berada di LCM terdepan mengarahkan mitraliur Watermantel. Dalam bahasa Belanda, mereka memberi perintah berhenti dan meminta awak di perahu untuk melempar tali.
Markadi yang mengerti bahasa Belanda langsung melempar tali seraya memberikan perintah menembak dan langsung menceburkan diri ke laut. Pertempuran laut pertama dalam sejarah RI seketika pecah di Selat Bali. Tidak semua awak di perahu itu ikut bertempur.
Beberapa orang hanya bertiarap karena tidak memiliki senjata. Tentara Belanda membalas serangan Pasukan M dengan mitraliur berat jenis Browning kaliber 12,7 mm.
Namun, karena terlalu dekat dan posisi LCM lebih tinggi dari perahu Madura, senapan mesin berada dalam sudut mati dan tembakan prajurit Belanda hanya mengenai tiang layar. Sebab, perahu yang ditumpangi Markadi berposisi sangat rendah.
Markadi yang terjun menyelam di lambung sebelah kanan perahu muncul di lambung sebelah kiri. Dengan dibantu anak buahnya, dia naik lagi ke perahu. Awak kapal Belanda yang nyaris putus asa karena tembakan mereka tidak mengenai sasaran kemudian menabrakkan LCM-nya ke perahu Markadi. Mereka berharap perahu pejuang itu tenggelam.
Beberapa orang yang berada di perahu tersebut jatuh ke laut. Tapi, mereka kembali naik dengan bantuan personel lainnya. LCM tersebut beberapa kali menabrak perahu. Saat aksi tabrak-tabrakan itulah Markadi memerintah Pasukan M serempak melemparkan granat ke arah dua LCM Belanda.
Tidak lama kemudian, terdengar granat meledak di atas sebuah LCM Belanda dan diperkirakan menewaskan empat awaknya. LCM lainnya langsung melarikan diri dengan keadaan terbakar pada bagian dek dan lambung kapal. Sambil mundur ke arah Gilimanuk, LCM itu terus menembak, tapi tidak ada yang kena sasaran. Menurut laporan Angkatan Laut Belanda, LCM tersebut dikabarkan kembali beroperasi setelah diperbaiki.
Pertempuran yang berlangsung kira-kira 15 menit itu disebut-sebut sebagai pertempuran laut pertama yang dimenangi angkatan perang Indonesia setelah proklamasi 17 Agustus 1945. Dalam pertempuran tersebut, korban dari Pasukan M adalah satu orang gugur atas nama Sumeh Darsono dan satu orang mengalami luka tembak, yaitu Tamali.
Markadi lahir pada 9 April 1927 dengan nama lengkap Markadi Pudji Rahardjo. Karena Restrukturisasi dan Rasionalisasi (RERA) TNI 1948, Markadi yang semula merupakan pentolan Angkatan Laut mau tak mau menjadi Angkatan Darat. Dia wafat pada 21 Januari 2008 dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
berita proklamasi di sulawesi
Setelah proklamasi dibacakan Ir.Soekarno resmi menjadi presiden RI yang pertama , Ia segera menugaskan Dr.Sam Ratulanggi sebagai gubenur Sulawesi selatan . Penunjukan sang ratulanggi sebagai gubernur Sulawesi selatan masuk dalam bagian Sulawesi yang dibentuk pada 19 agustus 1945. Pada saat itu pula sam ratulanggi tiba diujung pandam, Sulawesi selatan dan langsung menyusun struktur pemerintahan. Pada masa awal kemerdekaan pasukan sekutu berusaha melucuti tentara jepang di Indonesia . kedatangan sekutu di Sulawesi lebih awal daripada kedatangan sekutu di daerah lainnya di Indonesia. pada awal kedatangan sekutu ini menghalangi usaha Sam Ratulangi dalam menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan keseluruh penjuru Sulawesi. Pada april 1946 Sam ratulangi ditangkap pasukan NICA kemudian diasingkan di papua .Ditangkapnya sam ratulanggi menyebabkan penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia justru di peroleh dari tentara Jepang. Di Sulawesi tenggara berita proklamasi disampaikan oleh kalangan Kaigun dan Heiho .Sementara itu , di Buton berita berita proklamasi disampaikan oleh orang – orang jepang yang datang ke Makassar . di Sulawesi tengah berita proklamasi diterima pada 17 agustus pukul 15.00 oleh Abdul latief dari tentara jepang yang dikawal oleh tentara Heiho dari Sulawesi selatan. Proklamasi kemerdekaan disambut dengan sukacita oleh rakyat Sulawesi. Sejak berita proklamasi kemerdekaan tersebar di Sulawesi , para pemuda memasang bendera merah putih sebagai lambang kemerdekaan bangsa. Sejak tanggal 17 september 1945 bendera merah putih dikibarkan di kantor – kantor pemerintahan menggantikan bendera Jepang. Pemasangan dan pengibaran bendera merah putih menjukan rasa bangga yang dimiliki para pemuda dan rakyat Sulawesi terhadap kemerdekaan Indonesia. Dr. Sam Ratulanggi Sebelum Sam ratulanggi menugaskan MR. Andi zainal Abidin sebagai sekretaris daerah demi melancarkan pemerintahan yang kala itu di Sulawesi masih menjadi pangkalan militer NICA. Berbeda dengan respon raja-raja yang pada saat itu setuju dengan pengangkatan MR. zainal abidin, para pemuda mengambil tindakan radikal.
pertempuran bandung lautan api
Peristiwa Bandung Lautan Api
Siapa yang tidak pernah mendengar istilah Bandung Lautan Api? Peristiwa bandung lautan api merupakan salah satu peristiwa sejarah yang sangat populer. Peristiwa sejarah ini terjadi saat Indonesia sedang menghadapi upaya untuk mempertahankan kemerdekaannya pasca proklamasi kemerdekaan tahun 1945.
Bandung Lautan Api adalah sebuah sebutan untuk peristiwa terbakarnya kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia dalam upaya menjaga kemerdekaan Indonesia. Pembakaran ini dilakukan oleh masyarakat Bandung sebagai bentuk respon atas ultimatum oleh sekutu yang memerintahkan untuk mengosongkan Bandung.
Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi pada bulan Maret 1946. Sejarah besar ini dilakukan oleh para masyarakat Bandung yang jumlahnya sekitar 200.000 orang. Dalam waktu tujuh jam, mereka melakukan pembakaran rumah serta harta benda mereka sebelum akhirnya pergi meninggalkan Bandung.
Latar Belakang Bandung Lautan Api
Peristiwa Bandung Lautan Api ini dilatarbelakangi oleh banyak hal, yaitu Brigade Mac Donald atau sekutu menuntut para masyarakat Bandung agar menyerahkan seluruh senjata dari hasil pelucutan jepang kepada pihak sekutu. Sekutu mengeluarkan ultimatum yang berisi memerintahkan agar kota Bandung bagian utara dikosongkan dari masyarakat Indonesia paling lambat tanggal 29 November 1945. Sekutu membagi Bandung menjadi dua sektor, yaitu sektor utara serta sektor selatan. Rencana pembangunan kembali markas sekutu di Bandung. gambar via: Jago Sejarah
Peristiwa Bandung Lautan Api ini dilatarbelakangi oleh banyak hal, yaitu:
Brigade Mac Donald atau sekutu menuntut para masyarakat Bandung agar menyerahkan seluruh senjata dari hasil pelucutan jepang kepada pihak sekutu.
Sekutu mengeluarkan ultimatum yang berisi memerintahkan agar kota Bandung bagian utara dikosongkan dari masyarakat Indonesia paling lambat tanggal 29 November 1945.
Sekutu membagi Bandung menjadi dua sektor, yaitu sektor utara serta sektor selatan.
Rencana pembangunan kembali markas sekutu di Bandung.
Kronologi Terjadinya Bandung Lautan Api
Kronologi Bandung Lautan Api bisa dirunut dari peristiwa saat pasukan sekutu mendarat di Bandung. Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada Oktober 1945. Para pejuang Bandung saat itu tengah gencar-gencarnya merebut senjata serta kekuasaan dari tangan Jepang. gambar via: PorosIlmu.com
Kronologi Bandung Lautan Api bisa dirunut dari peristiwa saat pasukan sekutu mendarat di Bandung. Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada Oktober 1945. Para pejuang Bandung saat itu tengah gencar-gencarnya merebut senjata serta kekuasaan dari tangan Jepang.
Hubungan pemerintah RI dengan sekutu juga sedang tegang. Di saat seperti itu, pihak sekutu menuntut agar seluruh senjata api yang ada di tangan masyarakat, kecuali TKR serta polisi, diserahkan pada pihak sekutu.
Tetapi, sekutu yang baru tiba ini meminta pihak Indonesia untuk menyerahkan seluruh senjata hasil pelucutan Jepang ini. Hal ini ditegaskan lewat ultimatum yang dikeluarkan pihak Sekutu. Isi ultimatum itu yaitu agar senjata hasil pelucutan Jepang segera diserahkan pada Sekutu serta masyarakat Indonesia segara mengosongkan kota Bandung paling lambat tanggal 29 November 1945 dengan alasan untuk keamanan rakyat.
Ditambah lagi, orang- orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan juga mulai melakukan tindakan-tindakan yang mengganggu keamanan rakyat. Hal semacam ini juga semakin mendorong adanya bentrokan bersenjata pada Inggris serta TKR (Tentara Keamanan Rakyat) jadi tidak dapat dijauhi.
Saat malam tanggal 21 November 1945, TKR serta sebagian badan perjuangan Indonesia melancarkan serangan pada kedudukan-kedudukan Inggris di wilayah Bandung bagian utara. Hotel Homann serta Hotel Preanger yang dipakai musuh sebagai markas juga tidak luput dari serangan.
Menanggapi serangan ini, tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum pada Gubernur Jawa Barat. Ultimatum ini berisi agar Bandung Utara dikosongkan oleh masyarakat Indonesia, termasuk juga dari pasukan bersenjata.
Masyarakat Indonesia yang mendengar ultimatum ini tak menghiraukannya. Karena itu, pecahlah pertempuran pada sekutu serta pejuang Bandung di tanggal 6 Desember 1945.
Lalu, di tanggal 23 Maret 1946, sekutu kembali mengulang ultimatumnya. Sekutu memerintahkan agar TRI (Tentara Republik Indonesia) segera meninggalkan kota Bandung. Mendengar ultimatum itu, pemerintah Indonesia di Jakarta kemudian menginstrusikan agar TRI mengosongkan kota Bandung untuk keamanan rakyat.
Walau demikian, perintah ini berbeda dengan yang diberikan dari markas TRI di Yogyakarta. Dari Yogyakarta, keluar instruksi agar terus bertahan di Bandung. Dalam masa ini, sekutu juga membagi Bandung dalam dua sektor, yaitu Bandung Utara serta Bandung Selatan. Lalu, sekutu meminta masyarakat Indonesia untuk meninggalkan Bandung Utara.
Kondisi di kota Bandung jadi semakin genting. Situasi kota ini jadi mencekam serta dipenuhi orang -orang yang panik. Para pejuang juga bingung dalam mengikuti instruksi yang berbeda dari pusat Jakarta serta Yogyakarta. Pada akhirnya, para pejuang Indonesia memutuskan untuk melancarkan serangan besar-besaran pada sekutu di tanggal 24 Maret 1946.
Para pejuang Indonesia menyerang pos-pos sekutu. Mereka juga membakar semua isi kota Bandung Utara. Setelah berhasil membumihanguskan kota Bandung Utara, barulah mereka pergi mengundurkan diri dari Bandung Utara. Aksi ini dilakukan oleh 200.000 orang selama 7 jam.
Keadaan Bandung yang dipenuhi dengan kobaran api laksana lautan inilah yang membuat peristiwa tersebut dijuluki dengan sebutan Bandung Lautan Api.
Tujuan Membakar Bandung
Para pejuang Bandung memilih membakar Bandung dan lalu meninggalkannya dengan alasan tertentu. Maksudnya yaitu untuk mencegah tentara Sekutu serta tentara NICA Belanda dalam memakai kota Bandung sebagai markas strategis militer mereka dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. gambar via: Wisata Bandung
Para pejuang Bandung memilih membakar Bandung dan lalu meninggalkannya dengan alasan tertentu. Maksudnya yaitu untuk mencegah tentara Sekutu serta tentara NICA Belanda dalam memakai kota Bandung sebagai markas strategis militer mereka dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Operasi pembakaran Bandung ini dikatakan sebagai operasi “bumihangus”. Keputusan untuk membumihanguskan kota Bandung diambil lewat musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3), yang dilakukan di depan seluruh kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, tanggal 23 Maret 1946.
Hasil musyawarah itu lalu diumumkan oleh Kolonel Abdoel Haris Nasoetion sebagai Komandan Divisi III TRI. Ia juga memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Lalu, hari itu juga, rombongan besar masyarakat Bandung mengalir. Pembakaran kota berlangsung malam hari sambil para penduduknya pergi meninggalkan Bandung.
Dengan terbakarnya kota Bandung, maka sekutu tidak bisa memakai Bandung sebagai markas strategis militer. Operasi bumi hangus ini membuat asap hitam mengepul tinggi menyelimuti kota Bandung. Semua listrik turut padam.
Di dalam kondisi genting ini, tentara Inggris juga menyerang sehingga pertempuran sengit tidak terhindarkan. Pertempuran terbesar berlangsung di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung. Di tempat inilah adanya gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu.
Rupanya, pejuang Indonesia Muhammad Toha serta Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) memperoleh misi penghancurkan gudang amunisi itu. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang senjata itu dengan dinamit. Walau demikian, kedua milisi itu turut terbakar di dalam gudang besar yang diledakkannya itu.
Awalnya, staf pemerintahan kota Bandung merencanakan untuk tetap berada di dalam kota. Akan tetapi, untuk keselamatan mereka, maka pukul 21.00 itu, mereka juga turut dalam rombongan yang dievakuasi dari Bandung.
Mulai sejak saat itu, sekitar pukul 24.00, Bandung kosong dari masyarakat serta TRI. Sementara, api masihlah membubung membakar kota, hingga Bandung menjadi lautan api.
Strategi operasi bumihangus ini merupakan strategi yang tepat karena kekuatan TRI serta milisi rakyat memanglah tak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu serta NICA yang besar. Sesudah peristiwa Bandung Lautan Api tersebut, lalu TRI bersama dengan milisi rakyat melakukan perlawanan dari luar Bandung lewat cara bergerilya.
Siapa yang tidak pernah mendengar istilah Bandung Lautan Api? Peristiwa bandung lautan api merupakan salah satu peristiwa sejarah yang sangat populer. Peristiwa sejarah ini terjadi saat Indonesia sedang menghadapi upaya untuk mempertahankan kemerdekaannya pasca proklamasi kemerdekaan tahun 1945.
Bandung Lautan Api adalah sebuah sebutan untuk peristiwa terbakarnya kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia dalam upaya menjaga kemerdekaan Indonesia. Pembakaran ini dilakukan oleh masyarakat Bandung sebagai bentuk respon atas ultimatum oleh sekutu yang memerintahkan untuk mengosongkan Bandung.
Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi pada bulan Maret 1946. Sejarah besar ini dilakukan oleh para masyarakat Bandung yang jumlahnya sekitar 200.000 orang. Dalam waktu tujuh jam, mereka melakukan pembakaran rumah serta harta benda mereka sebelum akhirnya pergi meninggalkan Bandung.
Latar Belakang Bandung Lautan Api
Peristiwa Bandung Lautan Api ini dilatarbelakangi oleh banyak hal, yaitu Brigade Mac Donald atau sekutu menuntut para masyarakat Bandung agar menyerahkan seluruh senjata dari hasil pelucutan jepang kepada pihak sekutu. Sekutu mengeluarkan ultimatum yang berisi memerintahkan agar kota Bandung bagian utara dikosongkan dari masyarakat Indonesia paling lambat tanggal 29 November 1945. Sekutu membagi Bandung menjadi dua sektor, yaitu sektor utara serta sektor selatan. Rencana pembangunan kembali markas sekutu di Bandung. gambar via: Jago Sejarah
Peristiwa Bandung Lautan Api ini dilatarbelakangi oleh banyak hal, yaitu:
Brigade Mac Donald atau sekutu menuntut para masyarakat Bandung agar menyerahkan seluruh senjata dari hasil pelucutan jepang kepada pihak sekutu.
Sekutu mengeluarkan ultimatum yang berisi memerintahkan agar kota Bandung bagian utara dikosongkan dari masyarakat Indonesia paling lambat tanggal 29 November 1945.
Sekutu membagi Bandung menjadi dua sektor, yaitu sektor utara serta sektor selatan.
Rencana pembangunan kembali markas sekutu di Bandung.
Kronologi Terjadinya Bandung Lautan Api
Kronologi Bandung Lautan Api bisa dirunut dari peristiwa saat pasukan sekutu mendarat di Bandung. Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada Oktober 1945. Para pejuang Bandung saat itu tengah gencar-gencarnya merebut senjata serta kekuasaan dari tangan Jepang. gambar via: PorosIlmu.com
Kronologi Bandung Lautan Api bisa dirunut dari peristiwa saat pasukan sekutu mendarat di Bandung. Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada Oktober 1945. Para pejuang Bandung saat itu tengah gencar-gencarnya merebut senjata serta kekuasaan dari tangan Jepang.
Hubungan pemerintah RI dengan sekutu juga sedang tegang. Di saat seperti itu, pihak sekutu menuntut agar seluruh senjata api yang ada di tangan masyarakat, kecuali TKR serta polisi, diserahkan pada pihak sekutu.
Tetapi, sekutu yang baru tiba ini meminta pihak Indonesia untuk menyerahkan seluruh senjata hasil pelucutan Jepang ini. Hal ini ditegaskan lewat ultimatum yang dikeluarkan pihak Sekutu. Isi ultimatum itu yaitu agar senjata hasil pelucutan Jepang segera diserahkan pada Sekutu serta masyarakat Indonesia segara mengosongkan kota Bandung paling lambat tanggal 29 November 1945 dengan alasan untuk keamanan rakyat.
Ditambah lagi, orang- orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan juga mulai melakukan tindakan-tindakan yang mengganggu keamanan rakyat. Hal semacam ini juga semakin mendorong adanya bentrokan bersenjata pada Inggris serta TKR (Tentara Keamanan Rakyat) jadi tidak dapat dijauhi.
Saat malam tanggal 21 November 1945, TKR serta sebagian badan perjuangan Indonesia melancarkan serangan pada kedudukan-kedudukan Inggris di wilayah Bandung bagian utara. Hotel Homann serta Hotel Preanger yang dipakai musuh sebagai markas juga tidak luput dari serangan.
Menanggapi serangan ini, tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum pada Gubernur Jawa Barat. Ultimatum ini berisi agar Bandung Utara dikosongkan oleh masyarakat Indonesia, termasuk juga dari pasukan bersenjata.
Masyarakat Indonesia yang mendengar ultimatum ini tak menghiraukannya. Karena itu, pecahlah pertempuran pada sekutu serta pejuang Bandung di tanggal 6 Desember 1945.
Lalu, di tanggal 23 Maret 1946, sekutu kembali mengulang ultimatumnya. Sekutu memerintahkan agar TRI (Tentara Republik Indonesia) segera meninggalkan kota Bandung. Mendengar ultimatum itu, pemerintah Indonesia di Jakarta kemudian menginstrusikan agar TRI mengosongkan kota Bandung untuk keamanan rakyat.
Walau demikian, perintah ini berbeda dengan yang diberikan dari markas TRI di Yogyakarta. Dari Yogyakarta, keluar instruksi agar terus bertahan di Bandung. Dalam masa ini, sekutu juga membagi Bandung dalam dua sektor, yaitu Bandung Utara serta Bandung Selatan. Lalu, sekutu meminta masyarakat Indonesia untuk meninggalkan Bandung Utara.
Kondisi di kota Bandung jadi semakin genting. Situasi kota ini jadi mencekam serta dipenuhi orang -orang yang panik. Para pejuang juga bingung dalam mengikuti instruksi yang berbeda dari pusat Jakarta serta Yogyakarta. Pada akhirnya, para pejuang Indonesia memutuskan untuk melancarkan serangan besar-besaran pada sekutu di tanggal 24 Maret 1946.
Para pejuang Indonesia menyerang pos-pos sekutu. Mereka juga membakar semua isi kota Bandung Utara. Setelah berhasil membumihanguskan kota Bandung Utara, barulah mereka pergi mengundurkan diri dari Bandung Utara. Aksi ini dilakukan oleh 200.000 orang selama 7 jam.
Keadaan Bandung yang dipenuhi dengan kobaran api laksana lautan inilah yang membuat peristiwa tersebut dijuluki dengan sebutan Bandung Lautan Api.
Tujuan Membakar Bandung
Para pejuang Bandung memilih membakar Bandung dan lalu meninggalkannya dengan alasan tertentu. Maksudnya yaitu untuk mencegah tentara Sekutu serta tentara NICA Belanda dalam memakai kota Bandung sebagai markas strategis militer mereka dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. gambar via: Wisata Bandung
Para pejuang Bandung memilih membakar Bandung dan lalu meninggalkannya dengan alasan tertentu. Maksudnya yaitu untuk mencegah tentara Sekutu serta tentara NICA Belanda dalam memakai kota Bandung sebagai markas strategis militer mereka dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Operasi pembakaran Bandung ini dikatakan sebagai operasi “bumihangus”. Keputusan untuk membumihanguskan kota Bandung diambil lewat musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3), yang dilakukan di depan seluruh kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, tanggal 23 Maret 1946.
Hasil musyawarah itu lalu diumumkan oleh Kolonel Abdoel Haris Nasoetion sebagai Komandan Divisi III TRI. Ia juga memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Lalu, hari itu juga, rombongan besar masyarakat Bandung mengalir. Pembakaran kota berlangsung malam hari sambil para penduduknya pergi meninggalkan Bandung.
Dengan terbakarnya kota Bandung, maka sekutu tidak bisa memakai Bandung sebagai markas strategis militer. Operasi bumi hangus ini membuat asap hitam mengepul tinggi menyelimuti kota Bandung. Semua listrik turut padam.
Di dalam kondisi genting ini, tentara Inggris juga menyerang sehingga pertempuran sengit tidak terhindarkan. Pertempuran terbesar berlangsung di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung. Di tempat inilah adanya gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu.
Rupanya, pejuang Indonesia Muhammad Toha serta Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) memperoleh misi penghancurkan gudang amunisi itu. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang senjata itu dengan dinamit. Walau demikian, kedua milisi itu turut terbakar di dalam gudang besar yang diledakkannya itu.
Awalnya, staf pemerintahan kota Bandung merencanakan untuk tetap berada di dalam kota. Akan tetapi, untuk keselamatan mereka, maka pukul 21.00 itu, mereka juga turut dalam rombongan yang dievakuasi dari Bandung.
Mulai sejak saat itu, sekitar pukul 24.00, Bandung kosong dari masyarakat serta TRI. Sementara, api masihlah membubung membakar kota, hingga Bandung menjadi lautan api.
Strategi operasi bumihangus ini merupakan strategi yang tepat karena kekuatan TRI serta milisi rakyat memanglah tak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu serta NICA yang besar. Sesudah peristiwa Bandung Lautan Api tersebut, lalu TRI bersama dengan milisi rakyat melakukan perlawanan dari luar Bandung lewat cara bergerilya.
pertempuran medan area
Latar Belakang Pertempuran Medan Area
Hampir mirip dengan pertempuran-pertempuran lain pasa masa revolusi, pertempuran Medan area diawali dengan kedatangan pasukan Sekutu pada 9 Oktober 1945 di Sumatra Utara. Pasukan tersebut dipimpin oleh Brigadir Jenderal T. E. D Kelly.
Sekutu membawa satu brigade, yaitu Brigade 4 dari Divisi India ke-26. Kedatangan brigade itu turut dibocengi oleh orang-orang Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang diam-diam dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan Indonesia.
Pada awalnya pemerintah RI di Sumatra Utara memperkenankan mereka menempati beberapa hotel di kota Medan, seperti Hotel de Boer, Grand Hotel, Hotel Astoria dll. Pejabat Sumatra Utara tidak mengetahui tujuan mereka sebenarnya, melainkan semata-mata ingin menghormati tugas mereka untuk mengurus tawanan perang yang ditahan oleh Jepang.
Sebagian anggota Sekutu dan NICA kemudian ditempatkan di Binjai, Tanjung Morawa, dan beberapa tempat lainnya dengan memasang tenda-tenda lapangan.
Sehari setelah mendarat di Medan, tim dari Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) telah mendatangi kamp-kamp tawanan di Pulau Berayan, Saentis, Rantau Prapat, Pematang Siantar dan Berastagi untuk membantu membebaskan tawanan dan dikirim ke Medan atas persetujuan Gubernur M. Hassan.
Tanpa disangka, para tawanan perang itu justru langsung dibentuk menjadi batalyon KNIL. Perubahan sikap pun langsung tampak dari para bekas tawanan tersebut. Mereka bersikap congkak karena merasa sebagai pemenang dalam Perang Dunia II.
Dalam mengantisipasi kedatangan Sekutu dan NICA, para pemuda segera membentuk Divisi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di kota Medan pada 13 September 1945.
Sikap congkak dari bekas tawanan itu memicu timbulnya berbagai insiden dengan para pemuda Sumatra Utara. Insiden pertama pecah di hotel di Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945. Insiden itu diawali dengan adanya seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-nginjak lencana merah-putih yang dipakai oleh seorang pemuda.
Dimulainya Pertempuran Medan Area
Insiden lencana itu sekaligus menandai dimulainya Pertempuran Medan Area. Hotel tersebut diserang dan dirusak oleh para pemuda. Dalam insiden ini jatuh sekitar 96 orang mengalami luka-luka, sebagian besar adalah orang-orang NICA.
Insiden kemudian menjalar di beberapa kota lainnya seperti Pematang Siantar dan Berastagi.
Sebagaimana di kota-kota lain di Indonesia, Inggris memulai aksinya untuk memperlemah kekuatan para pejuang dengan melakukan intimidasi melalui pamflet kepada bangsa Indonesia agar menyerahkan senjata mereka kepada Sekutu.
Usaha yang sedemikian rupa juga dilakukan oleh Brigadier Jenderal T. E. D. Kelly terhadap pemuda Medan pada tanggal 18 Oktiber 1945. Sejak saat itu pula pasukan Sekutu dan NICA mulai melakukan aksi-aksi teror di kota Medan, sehingga permusuhan dengan kalangan pemuda pun tidak terhindarkan.
Di sisi lain, akibat permusuhan dengan kalangan pemuda, patroli-patroli Inggris ke luar kota tidak pernah merasa aman. Keselamatan mereka tidak dijamin oleh pemerintah RI.
Bertambahnya korban di pihak Inggris, menyebabkan mereka memperkuat kedudukannya dan menentukan sendiri secara sepihak batas kekuasaan.
Pertempuran yang Bertambah Sengit
Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota Medan. Sejak saat inilah istilah Medan Area menjadi terkenal.
Tindakan pihak Inggris ini merupakan pelanggaran kedaulatan dan tantangan bagi para pemuda. Di saat bersamaan, Inggris dan NICA melakukan aksi pembersahan terhadap unsur-unsur Republik Indonesia yang berada di kota Medan.
pertempuran medan area
Para pejuang Medan Area
Para pemuda membalas aksi-aksi Sekutu dan NICA, sehingga konfrontasi pun tidak dapat dihindarkan. Akibatnya, wilayah Medan menjadi tidak aman. Setiap usaha pengusiran dibalas dengan pengepungan, bahkan seringkali terjadi pertempuran bersenjata.
Pada tanggal 10 Desember 1945, pasukan Inggris dan NICA berusaha menghancurkan konsentrasi Tenatara Keamanan Rakyat (TKR) di Trepes, tetapi usaha itu berhasil digagalkan.
Selanjutnya seorang perwira Inggris diculik oleh pemuda. Beberapa truk Sekutu juga berhasil dihancurkan.
Adanya peristiwa ini menyebabkan Jenderal T. E. D Kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata mereka. Barang siapa yang tidak mau mematuhi akan ditembak mati.
Pada bulan April 1946, tentara Inggris mulai berusaha mendesak pemerintah RI di Medan untuk ke luar dari kota. Gubernur, Makras Divisi TKR, Walikota RI akhirnya dipindahkan ke Pematang Siantar. Dengan demikian, Inggris berhasil menguasai kota Medan. Tanpa adanya komando kesatuan, mustahil dapat melakukan serangan efektif terhadap kedudukan-kedudukan pasukan Inggris dan NICA.
Pada tanggal 10 Agustus 1946, di Tebingtinggi, diadakan suatu pertemuan antara komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area.
Pertemuan itu memutuskan untuk membentuk satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area yang dibagi atas 4 sektor dan setiap sektor dibagi atas 4 sub sektor. Setiap sektor berkekuatan 1 batalyon. Markas komano ini berkedudukan di Sudi Mengerti (Trepes). Di bawah komando baru itulah perjuangan di Medan Area diteruskan.
Hampir mirip dengan pertempuran-pertempuran lain pasa masa revolusi, pertempuran Medan area diawali dengan kedatangan pasukan Sekutu pada 9 Oktober 1945 di Sumatra Utara. Pasukan tersebut dipimpin oleh Brigadir Jenderal T. E. D Kelly.
Sekutu membawa satu brigade, yaitu Brigade 4 dari Divisi India ke-26. Kedatangan brigade itu turut dibocengi oleh orang-orang Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang diam-diam dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan Indonesia.
Pada awalnya pemerintah RI di Sumatra Utara memperkenankan mereka menempati beberapa hotel di kota Medan, seperti Hotel de Boer, Grand Hotel, Hotel Astoria dll. Pejabat Sumatra Utara tidak mengetahui tujuan mereka sebenarnya, melainkan semata-mata ingin menghormati tugas mereka untuk mengurus tawanan perang yang ditahan oleh Jepang.
Sebagian anggota Sekutu dan NICA kemudian ditempatkan di Binjai, Tanjung Morawa, dan beberapa tempat lainnya dengan memasang tenda-tenda lapangan.
Sehari setelah mendarat di Medan, tim dari Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) telah mendatangi kamp-kamp tawanan di Pulau Berayan, Saentis, Rantau Prapat, Pematang Siantar dan Berastagi untuk membantu membebaskan tawanan dan dikirim ke Medan atas persetujuan Gubernur M. Hassan.
Tanpa disangka, para tawanan perang itu justru langsung dibentuk menjadi batalyon KNIL. Perubahan sikap pun langsung tampak dari para bekas tawanan tersebut. Mereka bersikap congkak karena merasa sebagai pemenang dalam Perang Dunia II.
Dalam mengantisipasi kedatangan Sekutu dan NICA, para pemuda segera membentuk Divisi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di kota Medan pada 13 September 1945.
Sikap congkak dari bekas tawanan itu memicu timbulnya berbagai insiden dengan para pemuda Sumatra Utara. Insiden pertama pecah di hotel di Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945. Insiden itu diawali dengan adanya seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-nginjak lencana merah-putih yang dipakai oleh seorang pemuda.
Dimulainya Pertempuran Medan Area
Insiden lencana itu sekaligus menandai dimulainya Pertempuran Medan Area. Hotel tersebut diserang dan dirusak oleh para pemuda. Dalam insiden ini jatuh sekitar 96 orang mengalami luka-luka, sebagian besar adalah orang-orang NICA.
Insiden kemudian menjalar di beberapa kota lainnya seperti Pematang Siantar dan Berastagi.
Sebagaimana di kota-kota lain di Indonesia, Inggris memulai aksinya untuk memperlemah kekuatan para pejuang dengan melakukan intimidasi melalui pamflet kepada bangsa Indonesia agar menyerahkan senjata mereka kepada Sekutu.
Usaha yang sedemikian rupa juga dilakukan oleh Brigadier Jenderal T. E. D. Kelly terhadap pemuda Medan pada tanggal 18 Oktiber 1945. Sejak saat itu pula pasukan Sekutu dan NICA mulai melakukan aksi-aksi teror di kota Medan, sehingga permusuhan dengan kalangan pemuda pun tidak terhindarkan.
Di sisi lain, akibat permusuhan dengan kalangan pemuda, patroli-patroli Inggris ke luar kota tidak pernah merasa aman. Keselamatan mereka tidak dijamin oleh pemerintah RI.
Bertambahnya korban di pihak Inggris, menyebabkan mereka memperkuat kedudukannya dan menentukan sendiri secara sepihak batas kekuasaan.
Pertempuran yang Bertambah Sengit
Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota Medan. Sejak saat inilah istilah Medan Area menjadi terkenal.
Tindakan pihak Inggris ini merupakan pelanggaran kedaulatan dan tantangan bagi para pemuda. Di saat bersamaan, Inggris dan NICA melakukan aksi pembersahan terhadap unsur-unsur Republik Indonesia yang berada di kota Medan.
pertempuran medan area
Para pejuang Medan Area
Para pemuda membalas aksi-aksi Sekutu dan NICA, sehingga konfrontasi pun tidak dapat dihindarkan. Akibatnya, wilayah Medan menjadi tidak aman. Setiap usaha pengusiran dibalas dengan pengepungan, bahkan seringkali terjadi pertempuran bersenjata.
Pada tanggal 10 Desember 1945, pasukan Inggris dan NICA berusaha menghancurkan konsentrasi Tenatara Keamanan Rakyat (TKR) di Trepes, tetapi usaha itu berhasil digagalkan.
Selanjutnya seorang perwira Inggris diculik oleh pemuda. Beberapa truk Sekutu juga berhasil dihancurkan.
Adanya peristiwa ini menyebabkan Jenderal T. E. D Kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata mereka. Barang siapa yang tidak mau mematuhi akan ditembak mati.
Pada bulan April 1946, tentara Inggris mulai berusaha mendesak pemerintah RI di Medan untuk ke luar dari kota. Gubernur, Makras Divisi TKR, Walikota RI akhirnya dipindahkan ke Pematang Siantar. Dengan demikian, Inggris berhasil menguasai kota Medan. Tanpa adanya komando kesatuan, mustahil dapat melakukan serangan efektif terhadap kedudukan-kedudukan pasukan Inggris dan NICA.
Pada tanggal 10 Agustus 1946, di Tebingtinggi, diadakan suatu pertemuan antara komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area.
Pertemuan itu memutuskan untuk membentuk satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area yang dibagi atas 4 sektor dan setiap sektor dibagi atas 4 sub sektor. Setiap sektor berkekuatan 1 batalyon. Markas komano ini berkedudukan di Sudi Mengerti (Trepes). Di bawah komando baru itulah perjuangan di Medan Area diteruskan.
peperangan ambarawa
Sejarah Pertempuran Ambarawa dan Isi Perjanjian Lengkap
Pertempuran Ambarawa pada tanggal 20 November berakhir tanggal 15 Desember 1945, antara pasukan TKR melawan pasukan inggris. Ambarawa merupakan kota yang terletak antara kota Semarang dan magelang, serta Semarang dan Salatiga. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh mendaratnya pasukan Sekutu dari Divisi India ke-23 di Semarang pada tanggal 20 oktober 1945. Pemerintah Indonesia memperkenankan mereka untuk mengurus tawanan perang yang berada di penjara Ambarawa dan Magelang.
Kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) diikuti oleh pasukan NICA. Mereka mempersenjatai para bekas tawanan perang Eropa, sehingga pada tanggal 26 Oktober 1945 terjadi insiden di Magelang yang kemudian terjadi pertempuran antara pasukan TKR dengan pasukan Sekutu. Insiden berakhir setelah Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell datang ke Magelang pada tanggal 2 November 1945. Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan memperoleh kata sepakat yang dituangkan da1am 12 pasal. Naskah persetujuan itu berisi antara lain:
Pihak Sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi pasukan Sekutu yang ditawan pasukan Jepang (RAPWI) dan Palang Merah (Red Cross) yang menjadi bagian dari pasukan Inggris. Jumlah pasukan Sekutu dibatasi sesuai dengan tugasnya.
Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia dan Sekutu.
Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di bawahnya.
Terjadinya Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa
Pihak Sekutu temyata mengingkari janjinya. Pada tanggal 20 November 1945 di pertempuran Ambarawa pecah pertempuran antara TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto dan pihak Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945, pasukan Sekutu yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa di bawah lindungan pesawat tempur. Namun, tanggal 22 November 1945 pertempuran berkobar di dalam kota dan pasukan Sekutu melakukan terhadap perkampungan di sekitar Ambarawa. Pasukan TKR di Ambarawa bersama dengan pasukan TKR dari Boyolali, Salatiga, dan Kartasura bertahan di kuburan Belanda, sehingga membentuk garis medan di sepanjang rel kereta api yang membelah kota Ambarawa.
Sedangkan dari arah Magelang pasukan TKR Divisi V/Purwokerto di bawah pimpinan Imam Androngi melakukan serangan fajar pada tanggal 21 November 1945. Serangan itu bertujuan untuk memukul mundur pasukan Sekutu yang bertahan di desa Pingit. Pasukan yang dipimpin oleh Imam Androngi herhasil menduduki desa Pingit dan melakukan perebutan terhadap desa-desa sekitarnya. Batalion Imam Androngi meneruskan gerakan pengejarannya. Kemudian Batalion Imam Androngi diperkuat tiga hatalion dari Yogyakarta, yaitu Batalion 10 di bawah pimpinan Mayor Soeharto, Batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sardjono, dan batalion Sugeng.
Akhirnya musuh terkepung, walaupun demikian, pasukan musuh mencoba untuk menerobos kepungan itu. Caranya adalah dengan melakukan gerakan melambung dan mengancam kedudukan pasukan TKR dengan menggunakan tank-tank dari arah belakang. Untuk mencegah jatuhnya korban, pasukan TKR mundur ke Bedono. Dengan bantuan Resimen Dua yang dipimpin oleh M. Sarbini, Batalion Polisi Istimewa yang dipimpin oleh Onie Sastroatmojo, dan batalion dari Yogyakarta mengakibatkan gerakan musuh berhasil ditahan di desa Jambu. Di desa Jambu, para komandan pasukan mengadakan rapat koordinasi yang dipimpin oleh Kolonel Holland Iskandar.
Rapat itu menghasilkan pembentukan komando yang disebut Markas Pimpinan Pertempuran, bertempat di Magelang. Sejak saat itu, Ambarawa dibagi atas empat sektor, yaitu sektor utara, sektor timur, sektor selatan, dan sektor barat. Kekuatan pasukan tempur disiagakan secara bergantian. Pada tanggal 26 November 1945, pimpinan pasukan dari Purwokerto Letnan Kolonel Isdiman gugur maka sejak saat itu Kolonel Sudirman Panglima Divisi V di Purwokerto mengambil alih pimpinan pasukan. Situasi pertempuran menguntungkan pasukan TKR.
Strategi Pertempuran Ambarawa
Musuh terusir dari Banyubiru pada tanggal 5 Desember 1945. Setelah mempelajari situasi pertempuran, pada tanggal 11 Desember 1945 Kolonel Sudirman mengambil prakarsa untuk mengumpulkan setiap komandan sektor. Dalam kesimpulannya dinyatakan bahwa musuh telah terjepit sehingga perlu dilaksanakan serangan yang terakhir. Rencana serangan disusun sebagai berikut.
Serangan dilakukan serentak dan mendadak dari semua sector.
Setiap komandan sektor memimpin pelaksanaan serangan.
Pasukan badan perjuangan (laskar) menjadi tenaga cadangan.
Hari serangan adalah 12 Desember 1945, pukul 04.30.
Akhir dari Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari, pasukan TKR bergerak menuju sasarannya masing-masing. Dalam waktu setengah jam pasukan TKR berhasil mengepung pasukan musuh yang ada di dalam kota. Pertahanan musuh yang terkuat diperkirakan di Benteng Willem yang terletak di tengah-tengah kota Ambarawa. Kota Ambarawa dikepung selama empat hari empat malam. Musuh yang merasa kedudukannya terjepit berusaha keras untuk mundur dari medan pertempuran. Pada tanggal 15 Desember 1945, musuh meninggalkan kota Ambarawa dan mundur ke Semarang.
Pertempuran Ambarawa pada tanggal 20 November berakhir tanggal 15 Desember 1945, antara pasukan TKR melawan pasukan inggris. Ambarawa merupakan kota yang terletak antara kota Semarang dan magelang, serta Semarang dan Salatiga. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh mendaratnya pasukan Sekutu dari Divisi India ke-23 di Semarang pada tanggal 20 oktober 1945. Pemerintah Indonesia memperkenankan mereka untuk mengurus tawanan perang yang berada di penjara Ambarawa dan Magelang.
Kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) diikuti oleh pasukan NICA. Mereka mempersenjatai para bekas tawanan perang Eropa, sehingga pada tanggal 26 Oktober 1945 terjadi insiden di Magelang yang kemudian terjadi pertempuran antara pasukan TKR dengan pasukan Sekutu. Insiden berakhir setelah Presiden Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell datang ke Magelang pada tanggal 2 November 1945. Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan memperoleh kata sepakat yang dituangkan da1am 12 pasal. Naskah persetujuan itu berisi antara lain:
Pihak Sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi pasukan Sekutu yang ditawan pasukan Jepang (RAPWI) dan Palang Merah (Red Cross) yang menjadi bagian dari pasukan Inggris. Jumlah pasukan Sekutu dibatasi sesuai dengan tugasnya.
Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia dan Sekutu.
Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di bawahnya.
Terjadinya Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa
Pihak Sekutu temyata mengingkari janjinya. Pada tanggal 20 November 1945 di pertempuran Ambarawa pecah pertempuran antara TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto dan pihak Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945, pasukan Sekutu yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa di bawah lindungan pesawat tempur. Namun, tanggal 22 November 1945 pertempuran berkobar di dalam kota dan pasukan Sekutu melakukan terhadap perkampungan di sekitar Ambarawa. Pasukan TKR di Ambarawa bersama dengan pasukan TKR dari Boyolali, Salatiga, dan Kartasura bertahan di kuburan Belanda, sehingga membentuk garis medan di sepanjang rel kereta api yang membelah kota Ambarawa.
Sedangkan dari arah Magelang pasukan TKR Divisi V/Purwokerto di bawah pimpinan Imam Androngi melakukan serangan fajar pada tanggal 21 November 1945. Serangan itu bertujuan untuk memukul mundur pasukan Sekutu yang bertahan di desa Pingit. Pasukan yang dipimpin oleh Imam Androngi herhasil menduduki desa Pingit dan melakukan perebutan terhadap desa-desa sekitarnya. Batalion Imam Androngi meneruskan gerakan pengejarannya. Kemudian Batalion Imam Androngi diperkuat tiga hatalion dari Yogyakarta, yaitu Batalion 10 di bawah pimpinan Mayor Soeharto, Batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sardjono, dan batalion Sugeng.
Akhirnya musuh terkepung, walaupun demikian, pasukan musuh mencoba untuk menerobos kepungan itu. Caranya adalah dengan melakukan gerakan melambung dan mengancam kedudukan pasukan TKR dengan menggunakan tank-tank dari arah belakang. Untuk mencegah jatuhnya korban, pasukan TKR mundur ke Bedono. Dengan bantuan Resimen Dua yang dipimpin oleh M. Sarbini, Batalion Polisi Istimewa yang dipimpin oleh Onie Sastroatmojo, dan batalion dari Yogyakarta mengakibatkan gerakan musuh berhasil ditahan di desa Jambu. Di desa Jambu, para komandan pasukan mengadakan rapat koordinasi yang dipimpin oleh Kolonel Holland Iskandar.
Rapat itu menghasilkan pembentukan komando yang disebut Markas Pimpinan Pertempuran, bertempat di Magelang. Sejak saat itu, Ambarawa dibagi atas empat sektor, yaitu sektor utara, sektor timur, sektor selatan, dan sektor barat. Kekuatan pasukan tempur disiagakan secara bergantian. Pada tanggal 26 November 1945, pimpinan pasukan dari Purwokerto Letnan Kolonel Isdiman gugur maka sejak saat itu Kolonel Sudirman Panglima Divisi V di Purwokerto mengambil alih pimpinan pasukan. Situasi pertempuran menguntungkan pasukan TKR.
Strategi Pertempuran Ambarawa
Musuh terusir dari Banyubiru pada tanggal 5 Desember 1945. Setelah mempelajari situasi pertempuran, pada tanggal 11 Desember 1945 Kolonel Sudirman mengambil prakarsa untuk mengumpulkan setiap komandan sektor. Dalam kesimpulannya dinyatakan bahwa musuh telah terjepit sehingga perlu dilaksanakan serangan yang terakhir. Rencana serangan disusun sebagai berikut.
Serangan dilakukan serentak dan mendadak dari semua sector.
Setiap komandan sektor memimpin pelaksanaan serangan.
Pasukan badan perjuangan (laskar) menjadi tenaga cadangan.
Hari serangan adalah 12 Desember 1945, pukul 04.30.
Akhir dari Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari, pasukan TKR bergerak menuju sasarannya masing-masing. Dalam waktu setengah jam pasukan TKR berhasil mengepung pasukan musuh yang ada di dalam kota. Pertahanan musuh yang terkuat diperkirakan di Benteng Willem yang terletak di tengah-tengah kota Ambarawa. Kota Ambarawa dikepung selama empat hari empat malam. Musuh yang merasa kedudukannya terjepit berusaha keras untuk mundur dari medan pertempuran. Pada tanggal 15 Desember 1945, musuh meninggalkan kota Ambarawa dan mundur ke Semarang.
ribuan nyawa arek surabaya untuk indonesia
Ribuan nyawa arek Surabaya untuk Indonesia
Bung Tomo terkenal dengan perjuanganya dalam pertempuran surabaya pada tahun1945,karena itulah bangsa indonesia menetapkan tanggal 10 november sebagai hari pahlawan,pada tanggal 25 oktober 1945,brigade 49 di bawah pimpinan brigadeler jenderal!"!# $allaby mendarat di #urabaya, Brigade ini adalah bagian dari divisi india ke 2% di bawah pimpinan jenderal &!' (owthorn!$ereka mendapat tugas dari panglima llied )or*es)or +etherland ast -ndies ./+-, setelah diadakanya pertemuan antara wakilwakil pemerintah - dengan mallaby,maka dihasilkan kesepakatan31!-nggris berjanji bahwa diantara tentara mereka tidak terdapat angkatan perang Belanda2!&isetujui kerjasama antara kedua belah pihak untuk menjami keamanan dan ketentraman%!kan segera di bentuk kontak Biroagar kerjasama dapat terlaksana dengan sebaik baiknya 4!-nggris hanya akan melu*uti senjata epang saja! Ternyata pihak -nggris mengingkari janjinya pada malam hari tanggal 26 oktober 1945,peleton dari /ield #e*urity #e*tion di bawah pimpinan kapten #how melakukan penyergapan kepenjara kalisasak,mereka akan membebaskan kolonel (uiyer seorang kolonelangkatan laut Belanda! 7ada tanggal 28 ktober 1945,terjadi kontak senjata antara pemuda -ndonesia dengan pasukan -nggris,komandan pasukan #ekutu menghubungi presiden #oekarno untuk mendamaikan perselisihan antara pejuang -ndonesia dengan pasukan #ekutu.-nggris di#urabaya!:arena dirasa perlu dilakukan komunikasi antara kedua belah pihak maka di bentuklah kontak Biroyang anggotanya -ndonesia esiden #udirman,&ul rnawasedangkan pihak -nggris $allaby dan #how! 7ada saat itu,yaitu gedung -nternatio masih terjadi kontak senjata pada tanggal %0ktober 1945, ;kontak Biromenuju gedung dengan berkendaraan beberapamobil,kedatangan ;kontak Biro yang didalamnya terdapat $allaby itu menuntut agar diadan tentara -nggris menyerah ,ketika itu rombongan $allaby sedang berada di pemberhentianTrem listrik yang terletak beberapa belas meter sebelah utara jembatan merah tibatibaterdengar ledakan kirakira pukul 20!%0 ternyata mobil yang ditumpangi $allaby meledak dan ditemukan tewas!(al ini meman*ing kemarahan tentara pasukan -nggris pada tanggal 9 +ovember 1945,$ayjen !' $ansergh sebagai pengganti $allaby mengeluarkan ultimatumagara pihak -ndonesia meletakkan selambatlambatnya 06!00,tanggal 10 +ovember 1945akan menggempur surabaya dari &arat,<aut,=dara dan semua pimpinan -ndonesia datangmembawa bendera merah putih diletakkan di atas tanah 100 $ dari tempat berdiri! akyat merasakan ultimatum itu sebagai penghinaan,akhirnya pertempuran berkobar di surabaya dan salah satu tokoh pemuda yaitu #utomo. Bung Tomo telahmendirikan adio pemberontakan dalam pidatonya melalui adio rakyat mulai begitu berapiapidan selalu dimulai dan diakhiri dengan gema takbir<<(=:Bkota surabaya di bagi dalam % sektor pertahanan sektor Barat,Tengah dan Timur,sektor Barat dipimpin oleh:unkiyat,sektor Tengah dipimpin oleh $arhadi,sektor Timur oleh :adim 7rawirodirjo, pertempuran yang terakhir terjadi di >unungsari pada tanggal 2? +ovember 1945 namu perlawanan #poradis masih dilakukan dalam mempertahankan kemerdekaan dan membelaTanah ir -ndonesia dari segala bentuk penjajahan,walaupun -nggris menggunakan senjatasenjata $odern dan Berat dan kejadian ini sebuah lambang dan tekad bulat dalam melawan penjajahan dari para pemuda #urabaya Pasukan sekutu mendarat di Surabaya tanggal 25 oktober 1945 dibawah pimpinan A.W.S. Mallaby dari inggris. Kedatangan tentara sekutu yang diboncengi NICA tersebut semakin menimbulkan kecurigaan pemuda surabaya karena tentara sekutu segera membebaskan orang-orang belanda yang ditahan jepang dan menduduki pelabuhan tanjung perak serta gedung internatio. Pada tanggal 27 oktober 1945,pesawat terbang inggris menyebarkn pamflet yang memerintahkan kepada rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata yang dirampas dari tentara jepang. Melihat gerakan sekutu, para pemuda surabaya segera melakukan perlawanan sehingga terjadilah bentrokan bersenjata secara sporadis dikota surabaya selama 3 hari sejak tanggal 28 oktober sampai 30 oktober 1945. Sekitar 20.000 pasukan TKR dan 120.000 pemuda pejuang melakukan perlawanan sengit terhadap tentara inggris.dalam pertempuran tersebut ,pasukan inggris dapat dipukul mundur .bahkan jendral Mallaby dapat ditawan oleh para pemuda surabaya,dan sekutu prgi menghadap presiden
Sukarno,wakil presiden Hatta, dan menteri penerangan Amir syarifuddin untuk merundingkan gencatan senjata dengan panglima sekutu jenderal Sir Philip Christison dan menetapknan tanggal 30 oktober1945 sebagai dimulainya gencatan senjata.
Sehari kemudian, tentara sekutu menyerang penjara Kalisosok. Tindakan Sekutu terus berlanjut. Mereka juga menduduki Pelabuhan Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Internatio, dan objek-objek penting lainnya.
Tindakan tentara sekutu menimbulkan kemarahan rakyat Surabaya. Pada tanggal 28 Oktober 1945, pertempuran meluas di beberapa tempat di Surabaya. Untuk meredakan situasi maka Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Amir Syafiruddin, dan Jendral Hawtron melakukan perundiangan gencatan senjata.
Pengumuman gencatan senjata telah disebarluaskan ke wilayah Surabaya. Namun, pertempuran masih berkecamuk di beberapa tempat. Brigjen Mallaby dan pasukannya bertahan di Gedung Internatio, dekat Jembatan Merah. Terjadi tembak-menembak antara pasukan Inggris dan Para Pemuda. Dalam peristiwa tersebut, Mallaby terbunuh.
Kematian Mallaby membuat sekutu marah. Sekutu mengeluarkan ultimatum kepada rakyat di Surabaya. Ultimatum dikeluarkan tanggal 9 November 1945. Isi ultimatum ini adalah agar warga Surabaya menyerahkan diri pada sekutu. Batas akhir penyerahan diri adalah pukul 06.00 WIB tanggal 10 November 1945.
Rakyat Surabaya tidak gentar. Mereka tidak menghiraukan ultimatum sekutu. Pertempuranpun terjadi pada tanggal 10 November 1945. Kota Surabaya diserang dari darat, laut, dan udara. Rakyat surabaya berjuang mempertahankan kemerdekaan. Mereka dipimpin Gubernur Suryo, Bung Tomo, dan kolonel Sungkono. Pertempuran berlangsung selama tiga minggu.
Bung Tomo terkenal dengan perjuanganya dalam pertempuran surabaya pada tahun1945,karena itulah bangsa indonesia menetapkan tanggal 10 november sebagai hari pahlawan,pada tanggal 25 oktober 1945,brigade 49 di bawah pimpinan brigadeler jenderal!"!# $allaby mendarat di #urabaya, Brigade ini adalah bagian dari divisi india ke 2% di bawah pimpinan jenderal &!' (owthorn!$ereka mendapat tugas dari panglima llied )or*es)or +etherland ast -ndies ./+-, setelah diadakanya pertemuan antara wakilwakil pemerintah - dengan mallaby,maka dihasilkan kesepakatan31!-nggris berjanji bahwa diantara tentara mereka tidak terdapat angkatan perang Belanda2!&isetujui kerjasama antara kedua belah pihak untuk menjami keamanan dan ketentraman%!kan segera di bentuk kontak Biroagar kerjasama dapat terlaksana dengan sebaik baiknya 4!-nggris hanya akan melu*uti senjata epang saja! Ternyata pihak -nggris mengingkari janjinya pada malam hari tanggal 26 oktober 1945,peleton dari /ield #e*urity #e*tion di bawah pimpinan kapten #how melakukan penyergapan kepenjara kalisasak,mereka akan membebaskan kolonel (uiyer seorang kolonelangkatan laut Belanda! 7ada tanggal 28 ktober 1945,terjadi kontak senjata antara pemuda -ndonesia dengan pasukan -nggris,komandan pasukan #ekutu menghubungi presiden #oekarno untuk mendamaikan perselisihan antara pejuang -ndonesia dengan pasukan #ekutu.-nggris di#urabaya!:arena dirasa perlu dilakukan komunikasi antara kedua belah pihak maka di bentuklah kontak Biroyang anggotanya -ndonesia esiden #udirman,&ul rnawasedangkan pihak -nggris $allaby dan #how! 7ada saat itu,yaitu gedung -nternatio masih terjadi kontak senjata pada tanggal %0ktober 1945, ;kontak Biromenuju gedung dengan berkendaraan beberapamobil,kedatangan ;kontak Biro yang didalamnya terdapat $allaby itu menuntut agar diadan tentara -nggris menyerah ,ketika itu rombongan $allaby sedang berada di pemberhentianTrem listrik yang terletak beberapa belas meter sebelah utara jembatan merah tibatibaterdengar ledakan kirakira pukul 20!%0 ternyata mobil yang ditumpangi $allaby meledak dan ditemukan tewas!(al ini meman*ing kemarahan tentara pasukan -nggris pada tanggal 9 +ovember 1945,$ayjen !' $ansergh sebagai pengganti $allaby mengeluarkan ultimatumagara pihak -ndonesia meletakkan selambatlambatnya 06!00,tanggal 10 +ovember 1945akan menggempur surabaya dari &arat,<aut,=dara dan semua pimpinan -ndonesia datangmembawa bendera merah putih diletakkan di atas tanah 100 $ dari tempat berdiri! akyat merasakan ultimatum itu sebagai penghinaan,akhirnya pertempuran berkobar di surabaya dan salah satu tokoh pemuda yaitu #utomo. Bung Tomo telahmendirikan adio pemberontakan dalam pidatonya melalui adio rakyat mulai begitu berapiapidan selalu dimulai dan diakhiri dengan gema takbir<<(=:Bkota surabaya di bagi dalam % sektor pertahanan sektor Barat,Tengah dan Timur,sektor Barat dipimpin oleh:unkiyat,sektor Tengah dipimpin oleh $arhadi,sektor Timur oleh :adim 7rawirodirjo, pertempuran yang terakhir terjadi di >unungsari pada tanggal 2? +ovember 1945 namu perlawanan #poradis masih dilakukan dalam mempertahankan kemerdekaan dan membelaTanah ir -ndonesia dari segala bentuk penjajahan,walaupun -nggris menggunakan senjatasenjata $odern dan Berat dan kejadian ini sebuah lambang dan tekad bulat dalam melawan penjajahan dari para pemuda #urabaya Pasukan sekutu mendarat di Surabaya tanggal 25 oktober 1945 dibawah pimpinan A.W.S. Mallaby dari inggris. Kedatangan tentara sekutu yang diboncengi NICA tersebut semakin menimbulkan kecurigaan pemuda surabaya karena tentara sekutu segera membebaskan orang-orang belanda yang ditahan jepang dan menduduki pelabuhan tanjung perak serta gedung internatio. Pada tanggal 27 oktober 1945,pesawat terbang inggris menyebarkn pamflet yang memerintahkan kepada rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata yang dirampas dari tentara jepang. Melihat gerakan sekutu, para pemuda surabaya segera melakukan perlawanan sehingga terjadilah bentrokan bersenjata secara sporadis dikota surabaya selama 3 hari sejak tanggal 28 oktober sampai 30 oktober 1945. Sekitar 20.000 pasukan TKR dan 120.000 pemuda pejuang melakukan perlawanan sengit terhadap tentara inggris.dalam pertempuran tersebut ,pasukan inggris dapat dipukul mundur .bahkan jendral Mallaby dapat ditawan oleh para pemuda surabaya,dan sekutu prgi menghadap presiden
Sukarno,wakil presiden Hatta, dan menteri penerangan Amir syarifuddin untuk merundingkan gencatan senjata dengan panglima sekutu jenderal Sir Philip Christison dan menetapknan tanggal 30 oktober1945 sebagai dimulainya gencatan senjata.
Sehari kemudian, tentara sekutu menyerang penjara Kalisosok. Tindakan Sekutu terus berlanjut. Mereka juga menduduki Pelabuhan Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Internatio, dan objek-objek penting lainnya.
Tindakan tentara sekutu menimbulkan kemarahan rakyat Surabaya. Pada tanggal 28 Oktober 1945, pertempuran meluas di beberapa tempat di Surabaya. Untuk meredakan situasi maka Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Amir Syafiruddin, dan Jendral Hawtron melakukan perundiangan gencatan senjata.
Pengumuman gencatan senjata telah disebarluaskan ke wilayah Surabaya. Namun, pertempuran masih berkecamuk di beberapa tempat. Brigjen Mallaby dan pasukannya bertahan di Gedung Internatio, dekat Jembatan Merah. Terjadi tembak-menembak antara pasukan Inggris dan Para Pemuda. Dalam peristiwa tersebut, Mallaby terbunuh.
Kematian Mallaby membuat sekutu marah. Sekutu mengeluarkan ultimatum kepada rakyat di Surabaya. Ultimatum dikeluarkan tanggal 9 November 1945. Isi ultimatum ini adalah agar warga Surabaya menyerahkan diri pada sekutu. Batas akhir penyerahan diri adalah pukul 06.00 WIB tanggal 10 November 1945.
Rakyat Surabaya tidak gentar. Mereka tidak menghiraukan ultimatum sekutu. Pertempuranpun terjadi pada tanggal 10 November 1945. Kota Surabaya diserang dari darat, laut, dan udara. Rakyat surabaya berjuang mempertahankan kemerdekaan. Mereka dipimpin Gubernur Suryo, Bung Tomo, dan kolonel Sungkono. Pertempuran berlangsung selama tiga minggu.
pengambil alihan kekuasaan jepang di indonesia
Pengambilalihan kekuasaan Jepang di Yogyakarta
Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai pada tanggal 26
September 1945. Sejak pukul 10 pagi, semua pegawai instansi pemerintah
dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh Jepang mengadakan aksi
pemogokan. Mereka memaksa orang-orang Jepang agar menyerahkan
semua kantor mereka kepada orang Indonesia. Pada tanggal 27 September
1945, KNI Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah
itu telah berada di tangan Pemerintahan RI.
Kepala Daerah Yogyakarta yang dijabat oleh Jepang (Cokan) harus
meninggalkan kantornya di jalan Malioboro. Tanggal 5 Oktober 1945,
gedung Cokan Kantai berhasil direbut dan kemudian dijadikan sebagai
kantor Komite Nasional Indonesia Daerah. Gedung Cokan Kantai kemudian
dikenal dengan Gedung Nasional atau Gedung Agung.
Satu hari setelah perebutan gedung Cokan Kantai, para pejuang Yogyakarta
ingin melakukan perebutan senjata dan markas Osha Butai di Kotabaru.
Rakyat dan para pemuda terus mengepung markas Osha Butai di Kotabaru.
Rakyat dan para pemuda terdiri dari berbagai kesatuan, antara lain TKR,
Polisi Istimewa, dan BPU (Barisan Penjagaan Umum) sudah bertekad untuk
menyerbu markas Jepang di Kotabaru.
Sekitar pukul 03.00 WIB tanggal 7 Oktober 1945, terjadilah pertempuran
antara rakyat, pemuda, dan kesatuan dengan tentara Jepang di Yogyakarta.
Butaico Pingit segera menghubungi TKR dan menyatakan menyerah, dengan
jaminan anak buahnya tidak disiksa. Hal ini diterima baik oleh TKR. Kemudian,
TKR meminta agar Butaico Pingit dapat mempengaruhi Butaico Kotabaru
untuk menyerah. Ternyata Butaico menolak untuk menyerah. Akibatnya
serangan para pejuang Indonesia semakin ditingkatkan.
Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1945 sekitar pukul 10.00, markas
Jepang di Kotabaru secara resmi diserahkan ke tangan Yogyakarta. Dalam
pertempuran itu, pihak Indonesia yang gugur 21 orang dan 32 orang lukaluka.
Sedangkan dari pihak Jepang, 9 orang tewas dan 15 orang luka-luka.
Setelah markas Kotabaru jatuh, usaha perebutan kekuasaan meluas. R.P.
Sudarsono kemudian memimpin perlucutan senjata Kaigun di Maguwo.
Dengan berakhirnya pertempuran Kotabaru dan dikuasainya Maguwo, maka
Yogyakarta berada di bawah kekuasaan RI.
perjuangan rakyat semarang dalam melawan tentara jepang
Pertempuran Lima Hari di Semarang merupakan salah satu dari serangkaian pertempuran maupun perlawanan rakyat Indonesia dalam mempertahankan status kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pertempuran yang terjadi pada 15 Oktober 1945 dan berakhir pada 20 Oktober 1945 ini terjadi antara warga Semarang melawan tentara Jepang. Pertempuran ini disebut sebagai Perlawanan Lima Hari di Semarang karena lamanya pertempuran selama lima hari.
Pertempuran Lima Hari di Semarang ini terjadi ketika amarah para pemuda tersulut oleh kabar tewasnya dr. Kariadi oleh tentara Jepang dimana dr. Kariadi pada waktu itu tengah melakukan perjalanan ke Reservoir Siranda guna memastikan berita bahwa Jepang telah meracuni sumber air tersebut.
Pertempuran ini makin memanas ketika pada tanggal 17 Oktober 1945, tentara Jepang mengumumkan genjatan senjata, namun diam-diam juga melaksanakan serangan ke berbagai kampung. Pada tanggal 19 Oktober 1945, pertempuran sengit dan intens terus terjadi di seluruh penjuru kota Semarang. Pertempuran yang berlangsung Hingga lima hari ini memakan korban sebanyak 2.000 jiwa warga Semarang dan sebanyak 850 tentara Jepang.
Adapun guna memperingati juga mengenang semangat perjuangan para pemuda dan para pejuang kota Semarang lainnya maka dibangun sebuah Monumen bernama Tugu Muda. Monumen Tugu Muda ini dibangun pada tanggal 10 November 1950 dan diresmikan oleh Presiden RI Ir. Sukarno pada tanggal 20 Mei 1953.
Pertempuran Lima Hari di Semarang ini terjadi ketika amarah para pemuda tersulut oleh kabar tewasnya dr. Kariadi oleh tentara Jepang dimana dr. Kariadi pada waktu itu tengah melakukan perjalanan ke Reservoir Siranda guna memastikan berita bahwa Jepang telah meracuni sumber air tersebut.
Pertempuran ini makin memanas ketika pada tanggal 17 Oktober 1945, tentara Jepang mengumumkan genjatan senjata, namun diam-diam juga melaksanakan serangan ke berbagai kampung. Pada tanggal 19 Oktober 1945, pertempuran sengit dan intens terus terjadi di seluruh penjuru kota Semarang. Pertempuran yang berlangsung Hingga lima hari ini memakan korban sebanyak 2.000 jiwa warga Semarang dan sebanyak 850 tentara Jepang.
Adapun guna memperingati juga mengenang semangat perjuangan para pemuda dan para pejuang kota Semarang lainnya maka dibangun sebuah Monumen bernama Tugu Muda. Monumen Tugu Muda ini dibangun pada tanggal 10 November 1950 dan diresmikan oleh Presiden RI Ir. Sukarno pada tanggal 20 Mei 1953.
dampak kedatangan sekutu ke indonesia
Dampak positif:
1) rakyat Indonesia mengenal teknik menanam jenis-jenis tanaman baru.
2) Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang laku dipasaran ekspor Eropa.
3) Memperkenalkan teknoligo multicrops dalam pertanian.
Dampak negatif:
1) Rakyat makin miskin karena sebagian tanah dan tenaganya harus disumbangkan secara cuma-cuma kepada Belanda.
2) Sawah dan ladang menjadi terlantar karena kewajiban kerja paksa yang berkepanjangan mengakibatkan penghasilan menurun.
3) Beban rakyat makin berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan hasil panen, membayar pajak, mengikuti kerja rodi, serta menanggung risiko apabila panen gagal.
4) Akibat bermacam-macam beban, menimbulkan tekanan fisik dan mental yang berkepanjangan.
5) Bahaya kelaparan dan wabah penyakit timbul di mana-mana sehingga angka kematian meningkat drastis. Bahaya kelaparan yang menimbulkan korban jiwa terjadi di daerah Cirebon (1843), Demak (1849), dan Grobogan (1850). Kejadian itu telah mengakibatkan penurunan jumlah penduduk secara drastis. Di Demak jumlah penduduknya yang semula 336.000 jiwa turun sampai dengan 120.000 jiwa, di Grobogan dari 89.500 turun sampai dengan 9.000 jiwa. Demikian pula yang terjadi di daerah-daerah lain, penyakit busung lapar (hongerudeem) merajalela.
6) Jumlah penduduk Indonesia menurun
1) rakyat Indonesia mengenal teknik menanam jenis-jenis tanaman baru.
2) Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang laku dipasaran ekspor Eropa.
3) Memperkenalkan teknoligo multicrops dalam pertanian.
Dampak negatif:
1) Rakyat makin miskin karena sebagian tanah dan tenaganya harus disumbangkan secara cuma-cuma kepada Belanda.
2) Sawah dan ladang menjadi terlantar karena kewajiban kerja paksa yang berkepanjangan mengakibatkan penghasilan menurun.
3) Beban rakyat makin berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan hasil panen, membayar pajak, mengikuti kerja rodi, serta menanggung risiko apabila panen gagal.
4) Akibat bermacam-macam beban, menimbulkan tekanan fisik dan mental yang berkepanjangan.
5) Bahaya kelaparan dan wabah penyakit timbul di mana-mana sehingga angka kematian meningkat drastis. Bahaya kelaparan yang menimbulkan korban jiwa terjadi di daerah Cirebon (1843), Demak (1849), dan Grobogan (1850). Kejadian itu telah mengakibatkan penurunan jumlah penduduk secara drastis. Di Demak jumlah penduduknya yang semula 336.000 jiwa turun sampai dengan 120.000 jiwa, di Grobogan dari 89.500 turun sampai dengan 9.000 jiwa. Demikian pula yang terjadi di daerah-daerah lain, penyakit busung lapar (hongerudeem) merajalela.
6) Jumlah penduduk Indonesia menurun
kedatangan sekutu dan belanda ke indonesia
Sekutu membuat sebuah analogi bahawa setelah penyerahan Jepang kepada Sekutu tanpa syarat tanggal 14 Agustus 1945 mereka memiliki kemibali hak atas kekuasaan Jepang di berbagai wilayah, terutama wilayah yang sebelumnya merupakan jajahan negara-negara yang masuk dalam Sekutu. Belanda adalah salah satu negara yang berada di balik kelompok Sekutu.
kingsacademy.com
Tentara Sekutu di Indonesia. Foto: kingsacademy.com
Ketika Belanda kembali ke Indonesia setelah beberapa tahun belakangan menyerah kepada Jepang 8 Maret 1942 dan melarikan diri ke Australia kemudian menganggap bahwa Indonesia dalam masa vacuum of power atau kekosongan pemerintahan. Karena berusaha menancapkan kembali kekuasaan atas Indonesia seperti sebelum Indonesia direbut Jepang. Atau dengan kata lain, Belanda ingin menjajah kembali Indonesia.
Bagi Sekutu, setelah selesai PD II, maka negara-negara bekas jajahan Jepang merupakan tanggungjawab Sekutu. Sekutu memiliki tanggungjawab pelucutan senjata tentara Jepang, memulangkan tentara Jepang, dan melakukan normalisasi kondisi bekas jajahan Jepang.
Bayangan Belanda tentang Indonesia jauh dari kenyataan. Faktanya, rakyat Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan tidak dalam kekosongan pemerintahan. Kondisi ini tentu bertolak belakang dengan bayangan Belanda dan Sekutu. Karena itu, dapat diprediksi kejadian berikutnya, yakni pertentangan atau konflik antara Indonesia dan Sekutu maupun Belanda.
Sekutu kemudian masuk ke Indonesia melalui beberapa pintu wilayah Indonesia terutama daerah yang merupakan pusat pemerintahan pendudukan Jepang seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Setelah PD II, terjadi perundingan Belanda dengan Inggris di London yang menghasilkan Civil Affairs Agreement. Isinya tentang pengaturan penyerahan kembali Indonesia dari pihak Inggris kepada Belanda, khusus yang menyangkut daerah Sumatra, sebagai daerah yang berada di bawah pengawasan SEAC (South East Asia Command).
Di dalam perundingan itu dijelaskan langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
Fase pertama, tentara Sekutu akan mengadakan operasi militer untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.
Fase kedua, setelah keadaan normal, pejabat-pejabat NICA akan mengambil alih tanggung jawab koloni itu dari pihak Inggris yang mewakili Sekutu.
kingsacademy.com
Tentara Sekutu di Indonesia. Foto: kingsacademy.com
Ketika Belanda kembali ke Indonesia setelah beberapa tahun belakangan menyerah kepada Jepang 8 Maret 1942 dan melarikan diri ke Australia kemudian menganggap bahwa Indonesia dalam masa vacuum of power atau kekosongan pemerintahan. Karena berusaha menancapkan kembali kekuasaan atas Indonesia seperti sebelum Indonesia direbut Jepang. Atau dengan kata lain, Belanda ingin menjajah kembali Indonesia.
Bagi Sekutu, setelah selesai PD II, maka negara-negara bekas jajahan Jepang merupakan tanggungjawab Sekutu. Sekutu memiliki tanggungjawab pelucutan senjata tentara Jepang, memulangkan tentara Jepang, dan melakukan normalisasi kondisi bekas jajahan Jepang.
Bayangan Belanda tentang Indonesia jauh dari kenyataan. Faktanya, rakyat Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan tidak dalam kekosongan pemerintahan. Kondisi ini tentu bertolak belakang dengan bayangan Belanda dan Sekutu. Karena itu, dapat diprediksi kejadian berikutnya, yakni pertentangan atau konflik antara Indonesia dan Sekutu maupun Belanda.
Sekutu kemudian masuk ke Indonesia melalui beberapa pintu wilayah Indonesia terutama daerah yang merupakan pusat pemerintahan pendudukan Jepang seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Setelah PD II, terjadi perundingan Belanda dengan Inggris di London yang menghasilkan Civil Affairs Agreement. Isinya tentang pengaturan penyerahan kembali Indonesia dari pihak Inggris kepada Belanda, khusus yang menyangkut daerah Sumatra, sebagai daerah yang berada di bawah pengawasan SEAC (South East Asia Command).
Di dalam perundingan itu dijelaskan langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
Fase pertama, tentara Sekutu akan mengadakan operasi militer untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.
Fase kedua, setelah keadaan normal, pejabat-pejabat NICA akan mengambil alih tanggung jawab koloni itu dari pihak Inggris yang mewakili Sekutu.
kondisi awal indonesia merdeka
Keadaan Indonesia pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dapat dikatakan belum stabil. Kondisi politik di Indonesia masih dalam keadaan gonjang-ganjing dikarenakan masih banyaknya ketegangan, kekacauan, dan berbagai insiden masih terus terjadi. Hal ini disebabkan karena masih adanya sisa-sisa kekuatan Jepang yang setelah menyerah kepada Sekutu diwajibkan mempertahankan status quo.
Foto: Pinterest
Selain menghadapi sisa kekuatan Jepang, bangsa Indonesia harus berhadapan dengan tentara Inggris atas nama Sekutu, dan juga Nederlandsch Indiƫ Civil Administratie (NICA) yang berhasil datang kembali ke Indonesia dengan membonceng Sekutu. NICA bertugas mengembalikan pemerintahan sipil dan hukum pemerintah kolonial Hindia Belanda
Meskipun struktur pemerintahan telah terbentuk dan alat kelengkapan negara juga sudah tersedia. seperti 12 Kementerian yang telah terbentuk, tetapi karena baru awal kemerdekaan tentu masih banyak kekurangan. PPKI yang keanggotaannya sudah disempurnakan berhasil mengadakan sidang untuk mengesahkan UUD dan memilih Presiden-Wakil Presiden. Bahkan untuk menjaga keamanan negara juga telah dibentuk TNI pada 18 Agustus 1945. Wilayah Indonesia juga kemudian dibagi atas 8 Provinsi.
12 Kementerian yang dibentuk pertama kali:
1. Mentri Dalam Negeri: R.A.A Wiranakusumah
2. Mentri Luar Negeri: Mr. Ahmad Soebardjo
3. Mentri Keuangan: Mr. A.A Maramis
4. Mentri Kehakiman: Prof. Mr. Dr. Soepomo
5. Mentri Kemakmuran: Ir. Surachman Cokroadisuryo
6. Mentri Keamanan Rakyat: Supriyadi
7. Mentri Kesehatan: Dr. Bantara Martoadmojo
8. Mentri Pengajaran: Ki Hajar Dewantara
9. Mentri Penerangan: Mr. Amir Syarifuddin
10. Mentri Sosial: Mr. Iwa Kusuma Sumantri
11. Mentri Pekerjaan Umum: Abikusno Cokrosuyoso
12. Mentri Perhubungan: Abikusno Cokrosuyoso
Provinsi awal kemerdekaan beserta Gubernurnya:
1. Sumatera Teuku dengan Gubernur Mohammad Hasaan
2. Jawa Barat dengan Gubernur Sutardjo Kartohadikusumo
3. Jawa Tengah dengan gubernur R. Panji Surono
4. Jawa Timur dengan gubernur R.M. Suryo
5. Sunda Kecil (Nusa Tenggara) dengan Gubernur Mr. I. Gusti Ketut Puja
6. Maluku dengan Gubernur Mr. J. Latuharhary
7. Sulawesi dengan Gubernur R. G.S.S.J. Ratulangi
8. Kalimantan dengan gubernur Ir. Pangeran Mohammad Noor
Inflasi yang besar berkembang sejalan dengan kondisi perekonomian Indonesia yang masih hancur-hancuran. Peredearan mata uang Jepang yang begitu besar namun memilii nilai tukar yang rendah memperparah keadaan. Permerintah RI sendiri tidak bisa melarang beredarnya mata uang Jepang atau mata uang asing lainnya, mengingat Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri.
Uang Ori pecahan 100. Foto: uang-kuno.com
Waktu itu berlaku tiga jenis mata uang: De Javaesche Bank, uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang rupiah Jepang yang beredar di Indonesia. Bahkan setelah NICA datang ke Indonesia juga memberlakukan mata uang NICA. Kondisi perekonomian ini semakin parah karena adanya blokade yang dilakukan Belanda (NICA), sementara kas pemerintahan RI terbilang kosong.
Pada tanggal 4 Januari 1946 Ibu Kota RI pindah ke Yogyakarta setelah serangkaian teror dan ancaman dari Belanda terhadap pemerintahan republik. Pada 1 Oktober 1946, Indonesia mengeluarkan uang RI yang disebut ORI dan menyatakan bahwa uang NICA dinyatakan sebagai alat tukar yang tidak sah.
Struktur kehidupan masyarakat mulai mengalami perubahan, tidak ada lagi diskriminasi. Semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. Sementara dalam hal pendidikan, pemerintah mulai menyelenggarakan pendidikan menyelenggarakan yang diselaraskan dengan alam kemerdekaan. Menteri Pendidikan dan Pengajaran juga sudah diangkat.
Foto: Pinterest
Selain menghadapi sisa kekuatan Jepang, bangsa Indonesia harus berhadapan dengan tentara Inggris atas nama Sekutu, dan juga Nederlandsch Indiƫ Civil Administratie (NICA) yang berhasil datang kembali ke Indonesia dengan membonceng Sekutu. NICA bertugas mengembalikan pemerintahan sipil dan hukum pemerintah kolonial Hindia Belanda
Meskipun struktur pemerintahan telah terbentuk dan alat kelengkapan negara juga sudah tersedia. seperti 12 Kementerian yang telah terbentuk, tetapi karena baru awal kemerdekaan tentu masih banyak kekurangan. PPKI yang keanggotaannya sudah disempurnakan berhasil mengadakan sidang untuk mengesahkan UUD dan memilih Presiden-Wakil Presiden. Bahkan untuk menjaga keamanan negara juga telah dibentuk TNI pada 18 Agustus 1945. Wilayah Indonesia juga kemudian dibagi atas 8 Provinsi.
12 Kementerian yang dibentuk pertama kali:
1. Mentri Dalam Negeri: R.A.A Wiranakusumah
2. Mentri Luar Negeri: Mr. Ahmad Soebardjo
3. Mentri Keuangan: Mr. A.A Maramis
4. Mentri Kehakiman: Prof. Mr. Dr. Soepomo
5. Mentri Kemakmuran: Ir. Surachman Cokroadisuryo
6. Mentri Keamanan Rakyat: Supriyadi
7. Mentri Kesehatan: Dr. Bantara Martoadmojo
8. Mentri Pengajaran: Ki Hajar Dewantara
9. Mentri Penerangan: Mr. Amir Syarifuddin
10. Mentri Sosial: Mr. Iwa Kusuma Sumantri
11. Mentri Pekerjaan Umum: Abikusno Cokrosuyoso
12. Mentri Perhubungan: Abikusno Cokrosuyoso
Provinsi awal kemerdekaan beserta Gubernurnya:
1. Sumatera Teuku dengan Gubernur Mohammad Hasaan
2. Jawa Barat dengan Gubernur Sutardjo Kartohadikusumo
3. Jawa Tengah dengan gubernur R. Panji Surono
4. Jawa Timur dengan gubernur R.M. Suryo
5. Sunda Kecil (Nusa Tenggara) dengan Gubernur Mr. I. Gusti Ketut Puja
6. Maluku dengan Gubernur Mr. J. Latuharhary
7. Sulawesi dengan Gubernur R. G.S.S.J. Ratulangi
8. Kalimantan dengan gubernur Ir. Pangeran Mohammad Noor
Inflasi yang besar berkembang sejalan dengan kondisi perekonomian Indonesia yang masih hancur-hancuran. Peredearan mata uang Jepang yang begitu besar namun memilii nilai tukar yang rendah memperparah keadaan. Permerintah RI sendiri tidak bisa melarang beredarnya mata uang Jepang atau mata uang asing lainnya, mengingat Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri.
Uang Ori pecahan 100. Foto: uang-kuno.com
Waktu itu berlaku tiga jenis mata uang: De Javaesche Bank, uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang rupiah Jepang yang beredar di Indonesia. Bahkan setelah NICA datang ke Indonesia juga memberlakukan mata uang NICA. Kondisi perekonomian ini semakin parah karena adanya blokade yang dilakukan Belanda (NICA), sementara kas pemerintahan RI terbilang kosong.
Pada tanggal 4 Januari 1946 Ibu Kota RI pindah ke Yogyakarta setelah serangkaian teror dan ancaman dari Belanda terhadap pemerintahan republik. Pada 1 Oktober 1946, Indonesia mengeluarkan uang RI yang disebut ORI dan menyatakan bahwa uang NICA dinyatakan sebagai alat tukar yang tidak sah.
Struktur kehidupan masyarakat mulai mengalami perubahan, tidak ada lagi diskriminasi. Semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. Sementara dalam hal pendidikan, pemerintah mulai menyelenggarakan pendidikan menyelenggarakan yang diselaraskan dengan alam kemerdekaan. Menteri Pendidikan dan Pengajaran juga sudah diangkat.
peranan tokoh-tokoh penting yang memiliki peranan penting di berbagai peristiwa di sekitar proklamasi
Tokoh-tokoh yang berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
17 Agustus 2013 pukul 12.15
Hari ini kita akan memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 68 , Nah pada peristiwa tersebut banyak tokoh yang berperan penting dalam peristiwa tersebut.. Salah satunya Bapak Proklamator RI Ir.Soekarno
Ada beberapa tokoh yang berperang penting dalam proklamasi kemerdekaan indonesia tsb Yaitu :
1.Ir.Soekarno
Siapa yang tidak kenal dengan Ir.Soekarno, Beliau adalah orang yang paling berjasa dalam kemerdekaan republik indonesia.
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Bung Karno sebagai tokoh pada masa perjuangan hingga masa kemerdekaan menjadi panutan bagi para pejuang kemerdekaan yang lain. Beberapa peran Bung Karno di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Bung Karno menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Hatta dan Mr. Achmad Soebardjo.
b. Bung Karno menandatangani teks Proklamasi atas nama bangsa Indonesia bersama Bung Hatta.
c. Bung Karno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kediamannya di jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
2.Drs. Moh. Hatta
Selain sebagai Wakil presiden Indonesia beliau juga adalah Bapak Koperasi Indonesia
Dr.(H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta (populer sebagai Bung Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat , 12 Agustus 1902 – wafat di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Bung Hatta adalah teman seperjuangan Bung Karno. Beberapa peran Bung Hatta dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Bung Hatta menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Karno dan Mr. Achmad Soebardjo.
b. Bung Hatta menandatangani teks Proklamasi atas nama bangsa Indonesia bersama Bung Karno.
3.Mr. Achmad Soebardjo
Achmad Soebardjo Djojoadisurjo (lahir di Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896 – wafat 15 Desember 1978 pada umur 82 tahun) adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Mr. Achmad Soebardjo merupakan salah seorang tokoh dari golongan tua yang berperan dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Adapun peranan Mr. Achmad Soebardjo adalah sebagai berikut.
a. Mr. Achmad Soebardjo menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Karno dan Bung Hatta.
4.Laksamana Tadashi Maeda
Walaupun beliau orang Jepang , dia rela membantu indonesia karena simpati akan nasib rakyat indonesia
Laksamana Tadashi Maeda adalah seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Pasifik. Ia melanggar perintah Sekutu yang melarang para pemimpin Indonesia mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peranannya dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Laksamana Tadashi Maeda menyediakan rumahnya untuk tempat penyusunan konsep teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
5.Sukarni
Sukarni (lahir di Blitar, Jawa Timur, 14 Juli 1916 – wafat di Jakarta, 7 Mei 1971 pada umur 54 tahun), yang nama lengkapnya adalah Sukarni Kartodiwirjo, adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Sukarni adalah salah seorang tokoh pemuda dan pejuang yang gigih melawan penjajah. Peran Sukarni antara lain sebagai berikut.
a. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks Proklamasi adalah Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia.
6.Fatmawati
beliaulah sang istri dari Bapak Proklamator Indonesia
Fatmawati yang bernama asli Fatimah. Lahir di Bengkulu pada tahun 1923 dan meninggal dunia di Jakarta pada tahun 1980 dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Fatmawati setia menemani Bung Karno selama masa perjuangan. Peranan Fatmawati dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Fatmawati menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
7.Sayuti Melik
Dialah yang mengetik Teks Proklamasi untuk dibacakan Ir.Soekarno
Sayuti Melik adalah tokoh pemuda yang juga sangat berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peran Sayuti Melik adalah sebagai berikut.
a. Sayuti Melik mengetik naskah Proklamasi setelah ia sempurnakan dari tulisan tangan Bung Karno.
Selain tokoh – tokoh di atas, juga terdapat para tokoh-tokoh yang ikut berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Para tokoh-tokoh tersebut adalah sebagai berikut.
1. B.M..Diah
Beliau merupakan tokoh yang berperan sebagai wartawan dalam menyiarkan kabar berita Indonesia Merdeka ke seluruh penjuru tanah air.
2. Latif Hendraningrat, S. Suhud dan Tri Murti
Mereka berperan penting dalam pengibaran bendera merah putih pada acara proklamasi 17-08-1945. Tri Murti sebagai petugas pengibar pemegang baki bendera merah putih.
3. Frans S. Mendur
Beliau seorang wartawan yang menjadi perekam sejarah melalui gambar-gambar hasil bidikannya pada peristiwa-peristiwa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia bersama kawan-kawannya di Ipphos (Indonesia Press Photo Service).
4. Syahrudin
Adalah seorang telegraphis pada kantor berita Jepang yang mengabarkan berita proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia ke seluruh dunia secara sembunyi-sembunyi ketika personil jepang istirahat pada tanggal 17 agustus 1945 jam 4 sore.
5. Soewirjo
Beliau adalah Gubernur Jakarta Raya yang mengusahakan kegiatan upacara proklamasi dan pembacaan proklamasi berjalan aman dan lancar.
17 Agustus 2013 pukul 12.15
Hari ini kita akan memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 68 , Nah pada peristiwa tersebut banyak tokoh yang berperan penting dalam peristiwa tersebut.. Salah satunya Bapak Proklamator RI Ir.Soekarno
Ada beberapa tokoh yang berperang penting dalam proklamasi kemerdekaan indonesia tsb Yaitu :
1.Ir.Soekarno
Siapa yang tidak kenal dengan Ir.Soekarno, Beliau adalah orang yang paling berjasa dalam kemerdekaan republik indonesia.
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Bung Karno sebagai tokoh pada masa perjuangan hingga masa kemerdekaan menjadi panutan bagi para pejuang kemerdekaan yang lain. Beberapa peran Bung Karno di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Bung Karno menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Hatta dan Mr. Achmad Soebardjo.
b. Bung Karno menandatangani teks Proklamasi atas nama bangsa Indonesia bersama Bung Hatta.
c. Bung Karno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kediamannya di jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
2.Drs. Moh. Hatta
Selain sebagai Wakil presiden Indonesia beliau juga adalah Bapak Koperasi Indonesia
Dr.(H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta (populer sebagai Bung Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat , 12 Agustus 1902 – wafat di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Bung Hatta adalah teman seperjuangan Bung Karno. Beberapa peran Bung Hatta dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Bung Hatta menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Karno dan Mr. Achmad Soebardjo.
b. Bung Hatta menandatangani teks Proklamasi atas nama bangsa Indonesia bersama Bung Karno.
3.Mr. Achmad Soebardjo
Achmad Soebardjo Djojoadisurjo (lahir di Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896 – wafat 15 Desember 1978 pada umur 82 tahun) adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Mr. Achmad Soebardjo merupakan salah seorang tokoh dari golongan tua yang berperan dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Adapun peranan Mr. Achmad Soebardjo adalah sebagai berikut.
a. Mr. Achmad Soebardjo menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Karno dan Bung Hatta.
4.Laksamana Tadashi Maeda
Walaupun beliau orang Jepang , dia rela membantu indonesia karena simpati akan nasib rakyat indonesia
Laksamana Tadashi Maeda adalah seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Pasifik. Ia melanggar perintah Sekutu yang melarang para pemimpin Indonesia mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peranannya dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Laksamana Tadashi Maeda menyediakan rumahnya untuk tempat penyusunan konsep teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
5.Sukarni
Sukarni (lahir di Blitar, Jawa Timur, 14 Juli 1916 – wafat di Jakarta, 7 Mei 1971 pada umur 54 tahun), yang nama lengkapnya adalah Sukarni Kartodiwirjo, adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Sukarni adalah salah seorang tokoh pemuda dan pejuang yang gigih melawan penjajah. Peran Sukarni antara lain sebagai berikut.
a. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks Proklamasi adalah Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia.
6.Fatmawati
beliaulah sang istri dari Bapak Proklamator Indonesia
Fatmawati yang bernama asli Fatimah. Lahir di Bengkulu pada tahun 1923 dan meninggal dunia di Jakarta pada tahun 1980 dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Fatmawati setia menemani Bung Karno selama masa perjuangan. Peranan Fatmawati dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Fatmawati menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
7.Sayuti Melik
Dialah yang mengetik Teks Proklamasi untuk dibacakan Ir.Soekarno
Sayuti Melik adalah tokoh pemuda yang juga sangat berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peran Sayuti Melik adalah sebagai berikut.
a. Sayuti Melik mengetik naskah Proklamasi setelah ia sempurnakan dari tulisan tangan Bung Karno.
Selain tokoh – tokoh di atas, juga terdapat para tokoh-tokoh yang ikut berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Para tokoh-tokoh tersebut adalah sebagai berikut.
1. B.M..Diah
Beliau merupakan tokoh yang berperan sebagai wartawan dalam menyiarkan kabar berita Indonesia Merdeka ke seluruh penjuru tanah air.
2. Latif Hendraningrat, S. Suhud dan Tri Murti
Mereka berperan penting dalam pengibaran bendera merah putih pada acara proklamasi 17-08-1945. Tri Murti sebagai petugas pengibar pemegang baki bendera merah putih.
3. Frans S. Mendur
Beliau seorang wartawan yang menjadi perekam sejarah melalui gambar-gambar hasil bidikannya pada peristiwa-peristiwa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia bersama kawan-kawannya di Ipphos (Indonesia Press Photo Service).
4. Syahrudin
Adalah seorang telegraphis pada kantor berita Jepang yang mengabarkan berita proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia ke seluruh dunia secara sembunyi-sembunyi ketika personil jepang istirahat pada tanggal 17 agustus 1945 jam 4 sore.
5. Soewirjo
Beliau adalah Gubernur Jakarta Raya yang mengusahakan kegiatan upacara proklamasi dan pembacaan proklamasi berjalan aman dan lancar.
Langganan:
Postingan (Atom)
proses kembalinya negara kesatuan
Proses Kembali ke Negara Kesatuan RI (NKRI) Dengan melalui perjuangan bersenjata dan diplomasi akhirnya Bangsa Indonesia memperoleh pengaku...
-
a. Kehidupan politik Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno dikenal sebagai kerajaan yang toleran dalam hal beragama. Sebab, di Kera...
-
Kerajaan Kalingga/Holing merupakan kerajaan bercorak Hindu-Budha yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Keberadaan kerajaan ini dapat diketa...
-
A. Kerajaan Ternate Tidore Kehidupan Politik di Kerajaan Ternate Tidore Di Maluku terdapat dua kerajaan yang paling berpangaruh, yakni Te...